"Mika Day Care", Kasih Sayang di Gedung Perkantoran
Hari masih pagi. Para karyawan perkantoran perlahan sudah mulai beraktivitas. Namun, diantara mereka, ada pula yang masih punya kesibukan lain di perkantoran South Quarter, kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Tiga anak bayi misalnya, terlihat sedang berjemur menikmati matahari pagi di taman bersama dengan pengasuhnya. Semerbak wangi minyak telon menguar ketika pintu masuk ke ruangan bermain dibuka.
Begitu dilongok, beberapa anak sedang beradaptasi mengamati lingkungan sekitar. Di sebuah kelas, anak-anak berusia 2 tahun bernyanyi bersama para ibu dan para guru. Di kelas lain, sekelompok anak sedang bermain.
Mereka semua merupakan bayi mungil dan anak kecil yang dititipkan orang tuanya di Mika Daycare.
Melahirkan anak sementara sang ibu memilih untuk terus bekerja adalah salah satu alasan menitipkan anak di daycare. Hal lain adalah, sang ibu yang tiba-tiba menjadi orang tua tunggal.
“Saya juga konsumen day care. Ketika itu, tidak memungkinkan mengambil pengasuh dan saya memilih menitipkan anak saya di day care,” jelas Martha Yuliana, salah seorang pendiri Mika Day Care, ditemui pekan lalu.
Dari hasil bincang-bincang dengan tiga temannya, Marta memutuskan untuk membuka layanan penitipan anak. Dari posisinya sebagai konsumen, Marta memahami apa yang diinginkan dan harapan orang tua terhadap day care.
“Sebagai orang tua, saya ingin ketika menjemput anak saya dari day care, dia sudah bersih, sudah harum, tetapi ada pengalaman, anak saya seperti berkeringat dan asem sampai di rumah. Ternyata, pemilik day care mematikan pendingin ruangan sehingga anak-anak kepanasan berkeringat lagi sebelum pulang,” kata Marta.
Pengalaman lain, para pengasuh tidak segera memberitahukan kepada orang tua ketika sesuatu terjadi pada anaknya. Ketika sampai di rumah, pernah didapati lebam pada tubuh anaknya. Tetapi, tidak ada pemberitahuan mengapa lebam itu terjadi.
Marta sangat rinci dalam memenuhi harapan orang tua karena pernah dalam posisi sebagai orang tua yang menitipkan anaknya di day care.
Menunggu giliran
Saat ini, Mika Day Care merupakan salah satu tempat penitipan anak yang laris dicari para orang tua. Setelah dua tahun beroperasi, sudah ada 30-40 anak yang dititipkan. Masih banyak lagi anak yang harus menunggu giliran karena kapasitas yang sudah tidak memadai.
“Ketika kami berempat membuka bisnis ini, memang banyak kendalanya,” ujar Marta. Marta mendirikan Mika bersama dengan sahabat-sahabatnya Tirza Engelen, Ellen Dharmadi dan Mariska Sohan.
Ketika itu, penyewa di Gedung South Quarter masih terbatas. Orang tua yang menitipkan anaknya pun masih sedikit. “Kami harus mendatangi satu per satu penyewa di gedung ini untuk memaparkan dan memperkenalkan tentang fasilitas yang dimiliki Mika,” kata Marta lagi.
Marta yang berlatar belakang sebagai pendidik, bertugas membuat kurikulum. Mika menggunakan kurikulum Montessori yang memungkinkan sang anak mengembangkan diri sesuai bakat dan kemampuannya.
Kurikulum tersebut dipadukan dengan metode sensori, yang memberikan kesempatan anak untuk mengeksplorasi panca indranya. Anak-anak pun diajak bermain bak pasir, bak berisi balok, bermain tepung, dan sebagainya.
Kegiatan sepanjang hari di Mika relatif padat. Ketika tiba di Mika, anak-anak itu belum mandi. Setelah mandi, mereka berkegiatan lalu mendapatkan makanan ringan pertama. Kemudian, bermain lagi dan makan siang.
Selesai makan siang, mereka tidur siang. Kegiatan berlanjut lagi hingga mandi dan makan sore, lalu mereka dijemput orang tuanya pada pukul 18.00.
Tidak hanya membuka kelas penitipan anak, Mika Day Care juga membuka kelas bermain meski tidak setiap hari dan hanya dalam durasi terbatas. Adapun pada hari Sabtu, Mika mengadakan kelas-kelas bertema pengasuhan.
“Tanggapannya positif. Kelas Mika penuh, demikian pula dengan kelas di akhir pekan yang ditangani oleh tim tersendiri,” kata Marta bersemangat. Salah satu rekan Marta memang bertanggung jawab mengunggah program Mika di sosial media sehingga program yang ada tersosialisasikan dengan baik.
Kini, Mika bahkan membuka komunitas berdasarkan bulan kelahiran anak. Karena, ada permintaan dari pelanggan agar kelas khusus itu hanya dihadiri oleh anak yang lahir pada bulan yang sama. Itu hanya salah satu kelas unik yang disediakan oleh Mika.
Makin berkembang
Dan, bisnis penitipan anak ini pun semakin berkembang. Tidak hanya semakin banyak anak yang hendak dititipkan, tetapi sudah ada pengusaha lain yang meminta hak waralaba dari Mika.
Hingga akhir tahun 2018 ini, Mika ditargetkan membuka lagi cabang di kawasan perkantoran antara lain di Kuningan.
Marta dan para sahabatnya meyakini bisnis penitipan anak ini berprospek cerah karena selalu ada saja keluarga yang memiliki bayi dan menemukan kesulitan dalam pengasuhan dan pengawasan anaknya sehari-hari.
Bahkan, Marta rela meninggalkan pekerjaannya yang sudah mapan pada sebuah bank untuk mengurus bisnisnya ini.
Dua tahun telah berjalan. Persoalan dan peluang bermunculan. Anak-anak yang biasa dititipkan di Mika sudah saatnya masuk prasekolah. Para orang tua kembali dihadapkan pada persoalan, ke mana anak-anak akan diasuh setelah sekolah yang biasanya hanya berlangsung hingga tengah hari.
Marta dan kawan-kawannya melihat kondisi itu sebagai peluang. Pada tahun ajaran baru mendatang, Mika akan membuka sekolah pada jenjang pra sekolah yang diikuti dengan penitipan anak.
Setelah anak selesai bersekolah, mereka akan melanjutkan aktivitasnya di penitipan anak hingga orang tuanya dapat menjemput pada petang hari seusai kerja.
Prinsip tiga P
Dalam menjalankan bisnis penitipan anak ini, Marta dan teman-temannya menjalankan prinsip 3 P yaitu people, persistence dan passion.
Ketika mulai berbisnis, Marta sudah mempersiapkan sumber daya manusia yang baik, juga memberikan pelatihan tambahan agar dapat memberikan pelayanan seperti yang diharapkan oleh para orang tua.
Para pengasuh yang saat ini bekerja di South Quarter, kelak akan menjadi pengawas pada cabang-cabang yang akan dibuka Mika.
Selain itu, persistensi juga diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis yang memang tidak mudah pada awalnya. Tanpa daya tahan dan ketabahan melalui masa-masa sulit, bisnis tidak akan berkembang.
Ketika Mika belum dikenal, Marta dan teman-temannya tidak putus asa. Segala cara digunakan untuk mempromosikan kegiatan Mika.
Sosial media, kata Marta, digunakan secara maksimal untuk menawarkan layanan tersebut. Kegigihan mereka untuk tetap membuka bisnis pun berhasil. Dalam dua tahun, sudah banyak perkembangan yang dialami Mika dari sisi bisnisnya.
P selanjutnya adalah passion. Mengerjakan sesuatu tanpa passion rasanya akan berat. Bayangkan, setiap hari mengurus anak orang, harus memerhatikan berbagai rincian seperti mempersiapkan makanan sehat hingga mempersiapkan minyak telon.
Tentu jika dilakukan tanpa passion terasa berat dan rumit dilakukan. Dengan passion, semua kerumitan itu menjadi tidak berarti.
Dengan ketiga P, Marta dan kawan-kawannya terus membagikan kasih sayang di antara tembok-tembok perkantoran.