Sektor pariwisata dunia mencatatkan pertumbuhan kedatangan wisatawan asing internasional tertinggi pada 2017, yakni 7 persen, dibandingkan dengan 2016. Data Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) menyebutkan, sebanyak 1,323 miliar turis asing internasional melancong sepanjang 2017, dengan nilai belanja 1,34 triliun dollar AS.
Kedatangan wisatawan internasional ke kawasan Asia Pasifik pada 2017 sebanyak 323 juta orang. Mereka membelanjakan 390 miliar dollar AS. Ada kecenderungan belanja turis internasional mengecil. Hal ini terlihat dari kedatangan wisatawan internasional yang tumbuh 6 persen dalam setahun, namun nilai belanja hanya tumbuh 3 persen.
Asia Tenggara menikmati pertumbuhan tertinggi kedatangan wisatawan internasional di kawasan Asia Pasifik, yakni 9 persen dalam setahun. Nilai belanja wisatawan internasional juga tumbuh 9 persen secara tahunan. Kondisi yang positif itu antara lain akibat kebijakan bebas visa dan konektivitas yang membaik. Pertumbuhan kedatangan wisatawan internasional juga didukung fakta, rata-rata 4 dari 5 wisatawan bepergian ke luar negara mereka. Sekitar 48 persen dari turis yang bepergian ke luar negeri berasal dari Eropa. Adapun 25 persennya berasal dari Asia Pasifik. Mereka bisa bepergian ke mana saja, lintas negara, dan melintasi batas wilayah. Kemudahan akses transportasi merupakan dukungan besar bagi sektor transportasi.
Wisatawan memberikan dampak seketika dalam perolehan devisa. Mereka memesan hotel, membeli tiket transportasi, makan, minum, dan membeli cinderamata. Pengeluaran di negara tujuan merupakan devisa bagi negara tujuan. Di Indonesia, menurut catatan UNWTO, sebanyak 12,948 juta wisatawan mancanegara (wisman) datang pada 2017. Adapun devisa yang diperoleh dari kedatangan wisman 12,52 miliar dollar AS. Dengan demikian, setiap wisman rata-rata membelanjakan 966,94 dollar AS.
Negara di Asia Tenggara dengan kedatangan turis internasional terbanyak adalah Thailand, yakni 35,381 juta orang. Mereka membelanjakan 57,477 miliar dollar AS. Dengan kata lain, setiap turis asing yang datang ke Thailand membelanjakan 1.624,52 dollar AS. Nyaris dua kali lipat dari nilai belanja wisman di Indonesia.
Di tengah kondisi transaksi berjalan yang defisit, neraca jasa perjalanan memberi harapan positif. Pada triwulan II-2018, neraca jasa perjalanan surplus 1,1 miliar dollar AS. Neraca jasa perjalanan dihitung dari biaya perjalanan wisatawan domestik ke luar negeri dan wisman ke dalam negeri. Jika surplus ini bisa ditingkatkan, akan membantu mengurangi defisit transaksi berjalan, yang per triwulan II-2018 sebesar 8 miliar dollar AS.
Cara yang paling masuk akal untuk ditempuh adalah mengupayakan semakin banyak wisman datang ke Indonesia. Ada banyak hal yang bisa dan sudah dilakukan, seperti membebaskan visa kunjungan untuk sejumlah negara. Cara lain adalah membuat paket wisata dan menggencarkan promosi. Akses informasi melalui laman atau platform digital juga bisa ditambah karena memudahkan calon wisatawan mengakses informasi mengenai Indonesia.
Wisman juga bisa diupayakan untuk semakin lama tinggal di Indonesia dan semakin banyak membelanjakan uang mereka. Jika hal itu terjadi, maka devisa yang masuk ke Indonesia akan semakin besar. Surplus jasa perjalanan bisa ditingkatkan, sehingga bisa membantu mengurangi defisit transaksi berjalan.
Jangan hanya mengandalkan tamu-tamu dari Ajang Asian Games 2018 yang baru berlalu serta Asian Para Games 2018 dan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia pada Oktober mendatang. Tetap perlu usaha ekstra untuk menggarap sektor pariwisata agar jumlah devisa yang masuk di sektor ini bisa dioptimalkan. Tak ada hasil terbaik tanpa upaya maksimal. (Dewi Indriastuti)