JAKARTA, KOMPAS — Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA CEPA) akan meningkatkan ekspor Indonesia. Melalui IA CEPA, Australia mengeliminasi semua pos tarifnya, yakni 6.474 pos tarif, menjadi nol persen.
Hal itu menjadi peluang bagi Indonesia di tengah ketidakpastian global, yang salah satunya dipicu perang dagang. Di sisi lain, peningkatan ekspor akan menambah cadangan devisa yang sedang banyak digunakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan membiayai impor.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo di Jakarta, Jumat (7/9/2018), mengatakan, ekspor produk Indonesia yang berpotensi meningkat antara lain otomotif, tekstil dan produk tekstil, herbisida dan pestisida, serta karet, kayu, cokelat, dan kopi.
Untuk tekstil, misalnya, bea masuk semula 5 persen. Dengan bea masuk menjadi nol persen, tekstil dan produk tekstil Indonesia dapat bersaing dengan Vietnam, Malaysia, dan Thailand yang sebelumnya sudah dibebaskan tarifnya.
”Adapun produk pestisida dan herbisida nantinya dapat bersaing dengan Malaysia dan China karena tarifnya yang semula 5 persen sudah dibebaskan,” ujar Iman.
Direktur Perdagangan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Ni Made Ayu Marthini menambahkan, sebagai timbal baliknya, Indonesia membebaskan bea masuk produk-produk Australia sebanyak 6.404 pos tarif. Produk impor itu bukan barang konsumsi, melainkan sebagian besar adalah bahan baku yang akan diproses di Indonesia agar bernilai tambah.
”Salah satunya adalah gandum yang bisa diolah menjadi tepung terigu. Dalam perjanjian itu, Indonesia menekankan pentingnya nilai tambah terhadap industri di dalam negeri,” ujarnya.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengemukakan, di tengah peningkatan proteksionisme, percepatan perjanjian perdagangan dengan negara-negara potensial sangat diperlukan. Melalui IA CEPA, ekspor Indonesia akan meningkat dan peluang investasi terbuka.
”Salah satunya, ekspor tekstil. Setelah bebas bea masuk, ekspor tekstil akan meningkat 20 persen,” ujarnya.
Shinta menambahkan, format IA CEPA ini diharapkan bisa menjadi pola perjanjian kerja sama dengan negara-negara lain. Perjanjian kerja sama penting di tengah tekanan perang dagang yang meningkat, pelemahan rupiah, dan defisit neraca perdagangan.
Hambatan
Presiden Joko Widodo berupaya menyelesaikan persoalan hambatan nontarif yang diberlakukan Pemerintah Vietnam terhadap produk ekspor otomotif dari Indonesia.
”Saya minta kunjungan ini dipersiapkan dengan baik dan kita bisa mendapatkan hasil konkret untuk kepentingan nasional,” kata Presiden dalam pengantar rapat terbatas persiapan kunjungan kerja kenegaraan Presiden ke Korea Selatan dan Vietnam.
Kepada wartawan seusai pertemuan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyampaikan, Presiden dijadwalkan bertemu Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc. Dalam pertemuan itu, Presiden berencana, antara lain, membicarakan perkembangan ekspor otomotif dari Indonesia ke Vietnam. Sebab, beberapa bulan terakhir, ada hambatan ekspor otomotif, di antaranya kewajiban inspeksi dua kali, yakni saat pemberangkatan barang dan saat kedatangan barang. (HEN/LAS)