Berlomba Menawan Hati Konsumen
Diskon, uang kembali, dan bonus, menjadi daya tarik yang sulit ditolak konsumen. Apalagi, di tengah model alat pembayaran yang memanjakan konsumen.
Tawaran daya tarik itu ada yang diperhitungkan secara tunai. Namun, ada juga yang menggunakan perhitungan poin dari penggunaan layanan jasa.
Hideo Andreas, karyawan swasta di Jakarta, kerap menggunakan poin dari sejumlah perusahaan yang menawarkan program loyalitas. "Saya pernah memakai poin itu untuk berlangganan Kompas.id selama setahun," katanya.
Selama ini, Hideo menggunakan poin dari Go-Points yang dikeluarkan Go-Jek. Poin itu didapat dari setiap transaksi di aplikasi Go-Jek.
"Kebanyakan saya pakai untuk potongan harga layanan Go-Jek dan membeli voucher restoran. Untung juga mendapat poin ini karena bisa memperoleh potongan harga untuk belanja dalam jaringan," katanya.
Hideo juga mengumpulkan poin dari aplikasi pembayaran teknologi finansial (tekfin) OVO. Setiap kali membayar belanjaan menggunakan OVO akan mendapat uang tunai yang diubah menjadi poin. Nantinya, poin yang terkumpul bisa ditukarkan atau digunakan untuk bertransaksi lagi di gerai yang bekerja sama dengan OVO.
Budi, pengguna Go-Jek, memilih mengumpulkan poin yang diperolehnya dari setiap transaksi menggunakan aplikasi itu. Ia berharap bisa mengumpulkan poin hingga batas tertentu, untuk ditukarkan menjadi voucher atau barang dan jasa yang menarik.
Akan tetapi, Budi cukup rajin menggunakan Go-Pay atau uang elektronik yang tersimpan di aplikasi Go-Jek. Ia memanfaatkan tawaran pemberian uang kembali (cashback) untuk setiap transaksi pembayaran menggunakan Go-Pay, misalnya saat membeli produk di toko ritel, membeli minuman, bahkan membeli buku dan alat tulis di toko buku. Semua gerai atau toko itu bekerja sama dengan Go-Jek, memberikan uang kembali dengan persentase tertentu dari nilai transaksi. "Uang kembalinya langsung masuk ke Go-Pay," ujar Budi.
General Manager Loyalty Reward and Partnership PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Tengku Ferdi Febrian menjelaskan, Telkomsel membuat program loyalitas bagi pelanggan setia sebagai bentuk terima kasih. "Pelanggan dapat menikmati berbagai keuntungan dalam bentuk penawaran dari Telkomsel maupun pihak ketiga dengan mekanisme penukaran poin. Seluruh pelanggan Telkomsel secara otomatis mendapatkan poin dengan mekanisme yang bergantung pada penggunaan layanan yang tertera pada total tagihan," kata Tengku.
Dengan program Telkomsel Poin, diharapkan pelanggan semakin loyal dan setia menggunakan produk Telkomsel.
Untuk mengakomodasi keragaman pelanggan, seperti kehadiran generasi milenial, Telkomsel berusaha menyediakan pilihan hadiah yang dapat ditukar dengan Telkomsel Poin.
Saat ini, Telkomsel Poin telah bekerja sama dengan lebih dari 1.000 pihak ketiga di seluruh Indonesia, baik penyedia layanan berskala nasional maupun yang ada di kota tertentu untuk melayani kearifan lokal. Sebanyak 20 juta pelanggan telah menikmati program loyalitas ini.
Selain daya tarik berupa diskon dan uang kembali bagi konsumen, perusahaan juga menyediakan kemudahan pembayaran bagi konsumen. Aplikasi pembayaran tekfin OVO, misalnya, menyediakan kode baca cepat yang bisa digunakan konsumen dan sekitar 9.000 mitra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) OVO.
Presiden Direktur OVO, Adrian Suherman, menyebutkan, OVO bekerja sama dengan Alfamart, Bank Mandiri, Grab, Kudo, dan Moka untuk memudahkan isi ulang uang elektronik pada aplikasi OVO.
Platform Kudo memungkinkan masyarakat menjadi penjual kembali produk dari suatu merek atau gerai. Moka adalah sistem kasir berteknologi sistem komputasi awan untuk UKM.
Seiring penggunaan yang meluas, jelas Adrian, OVO menawarkan uang kembali untuk setiap transaksi bagi konsumen dan mitra bisnis.
Keputusan
Sementara, Indra Yonathan, Country Head of Shopback Indonesia, menjelaskan, berdasarkan survei Nielsen pada 2016, penghargaan berupa uang kembali masih menduduki peringkat teratas bagi perusahaan untuk menarik hati pelanggan. Tren ini diperkirakan masih akan tumbuh di kalangan masyarakat urban.
Pada Juli 2018, Shopback mengadakan survei terhadap lebih dari 500 masyarakat di Jabodetabek yang gemar belanja daring. Hasilnya, program potongan harga, voucher, dan uang kembali merupakan faktor utama yang memengaruhi keputusan konsumen berbelanja.
"Kami memberi pilihan bagi pengguna yang ingin menarik uang kembali menjadi uang tunai atau dikonversikan menjadi pulsa," ujar Indra.
Sejauh ini, Shopback lebih banyak menyasar sektor industri perdagangan secara elektronik atau e-dagang. Alasannya, sektor industri ini tumbuh signifikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun, Shopback berencana menyasar sektor industri lainnya.
Shopback memberikan uang kembali hingga 30 persen kepada pengguna yang melakukan transaksi pembelanjaan melalui situs dan aplikasi Shopback. Upaya ini sekaligus sebagai bentuk efektivitas biaya pemasaran bagi mitra e-dagang. Uang kembali yang diberikan kepada konsumen adalah komisi yang diperoleh Shopback dari mitra e-dagang.
"Uang kembali yang ditawarkan perusahaan merupakan program loyalitas untuk menggaet konsumen baru dan mempertahankan konsumen lama," kata Indra.
Shopback beroperasi di tujuh negara, yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Taiwan, Filipina, dan Australia. Secara regional, Shopback memiliki lebih dari 1.500 mitra perusahaan e-dagang. Di Indonesia, lebih dari 200 perusahaan e-dagang menjadi mitra.
Minat masyarakat untuk mendapat keuntungan dalam setiap kegiatan belanja ditunjukkan melalui jumlah pengguna Shopback yang sebanyak 6 juta, dengan 45 juta transaksi per bulan di 7 negara. Khusus di Indonesia, ada 2 juta pengguna dengan 1.600 pesanan per jam. Jumlah pengguna di Indonesia tumbuh pesat dibandingkan dengan 2016 yang sebanyak 300.000 pengguna.
Tawaran yang bertebaran memang menggoda konsumen untuk kian aktif bertransaksi dan berbelanja. Namun, pilihan tetap ada di tangan konsumen. (MAR/MED/IDR)