JAKARTA, KOMPAS--Minat perusahaan untuk melantai di bursa saham terus meningkat. Pasar modal menjadi incaran perusahaan untuk menghimpun dana sebagai modal ekspansi.
Hingga kini, sebanyak 22 perusahaan masuk antrean penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). Empat perusahaan yang terakhir masuk daftar tunggu IPO adalah PT Jaya Bersama Indo, PT Dewata Freight International, PT Pool Advista Finance, dan PT Mitra Informatika.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyampaikan, dari 22 perusahaan tersebut, separuhnya menggelar penawaran umum saham perdana menggunakan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Maret 2018. Artinya, batas akhir pelaksanaan IPO untuk 11 perusahaan adalah 1 Oktober 2018, atau 6 bulan setelah laporan keuangan acuan dirilis.
“Masih ada waktu sampai akhir bulan. Saya yakin akan banyak aksi IPO pada akhir September,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Minggu (9/9/2018).
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen, mengatakan kondisi pasar cukup memengaruhi keputusan perusahaan untuk merealisasikan IPO.
Menurut dia, di tengah kondisi fluktuasi pasar dan perekonomian dalam negeri, perusahaan masih sangat mengandalkan penggalangan dana di pasar modal untuk melakukan ekspansi.
“Kondisi pasar memengaruhi rencana aksi perusahaan, tetapi banyak perusahaan tetap melakukan IPO untuk merealisasikan ekspansi. Proses ini telah berjalan panjang,” ujar Hoesen.
Direktur Utama PT Natura City Developments, perusahaan yang masuk daftar antrean IPO, Elfi Darlis, menilai pelemahan pasar saham justru memicu aksi beli investor. Kondisi ini menguntungkan emiten-emiten baru.
Adapun pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dinilai dapat menggenjot kinerja perusahaannya yang bergerak di sektor properti. “Situasi ini membuat harga properti kian murah bagi pemilik dollar AS,” ujarnya.
PT Natura City berencana melaksanakan IPO pada 26 September 2018 dan menargetkan perolehan dana Rp 364 miliar. Dana hasil IPO akan digunakan untuk membayar utang terkait pengembangan usaha dan membeli lahan tambahan.
Pada Jumat (7/9/2018), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 5.851,465 atau menguat 1,305 persen. Sementara, nilai tukar berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Jumat, sebesar Rp 14.884 per dollar AS.
Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI Fitri Hadi menambahkan, BEI menerapkan sistem IPO secara dalam jaringan mulai awal 2019.
“Sistem IPO daring diterapkan secara terintegrasi, sehingga seluruh tahapan, baik di bursa maupun OJK dilakukan melalui satu langkah,” ujarnya.
Platform digital ini merupakan proyek kemitraan antara bursa efek, OJK, Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), dan lembaga profesi. “Namun sistem ini tidak lantas mengganti sistem luar jaringan atau konvensional yang telah berjalan. Sistem daring untuk memperluas jangkauan pasar modal,” kata Fitri.
Investasi
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia Timboel Siregar, Minggu (9/9), di Jakarta, berharap hasil investasi dana kelolaan jaminan sosial ketenagakerjaan ditingkatkan. Optimalisasi bisa melalui portofolio instrumen investasi dan mengembangkan program pendukung kesejahteraan pekerja.
"Dengan jumlah dana besar dan sifat investasinya jangka panjang, maka perolehan persentase imbal hasil semestinya juga besar," ujar Timboel.
Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan Amran Nasution menjelaskan, penempatan dana kelolaan pada instrumen investasi selalu menekankan pada aspek pendukung kesejahteraan pekerja. Per Mei 2018, sekitar Rp 71 triliun dari dana kelolaan yang berjumlah Rp 327 triliun dialokasikan untuk mendukung proyek infrastruktur negara, dalam wujud Surat Berharga Negara. (DIM/MED)