JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian menilai Indonesia masih dilirik sebagai lokasi penanaman modal di bidang manufaktur. Potensi pasar besar menjadi salah satu daya tarik. Peningkatan iklim usaha agar makin kondusif dibutuhkan untuk menangkap peluang tersebut.
”Investasi manufaktur selama ini lumayan bagus dan kami optimistis ke depan pun akan seperti itu,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Haris Munandar ditemui seusai melantik pejabat eselon 3 dan 4 Kemenperin di Jakarta, Senin (10/9/2018).
Berdasarkan catatan Kemenperin, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri sepanjang semester I-2018 sekitar Rp 46,2 triliun. Penanaman modal industri makanan menyumbang Rp 21,9 triliun atau 47,5 persen dari PMDN sektor manufaktur.
Nilai investasi industri kimia dan farmasi tercatat Rp 6,4 triliun atau 14,04 persen dari PMDN manufaktur. Adapun industri logam, mesin, dan elektronika menyumbang 12,7 persen terhadap PMDN manufaktur, yakni senilai Rp 5,8 triliun.
Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) sektor industri sepanjang semester I-2018 sekitar 5,6 miliar dollar AS. Penyumbang PMA tertinggi di sektor manufaktur adalah industri logam, mesin, dan elektronika sebesar 39,69 persen, yakni senilai 2,2 miliar dollar AS. Berikutnya adalah industri kimia dan farmasi senilai 1,1 miliar dollar AS atau 18,84 persen dan industri makanan 586 juta dollar AS atau 10,41 persen.
Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, pembenahan di berbagai aspek—termasuk di sisi regulasi—diperlukan agar pertumbuhan investasi dan ekonomi semakin baik.
Sementara itu, Menperin Airlangga Hartarto di Seoul, Korea Selatan, mengatakan, Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018 mencerminkan antusiasme besar pengusaha Korea untuk lebih mendorong kolaborasi bisnis dengan Indonesia.
”Kolaborasi bisnis tersebut dalam bentuk perluasan usaha ataupun investasi baru di beberapa sektor industri yang prospektif,” kata Airlangga Hartarto melalui siaran pers Biro Hubungan Masyarakat Kemenperin, Selasa (11/9/2018).
Pada forum bisnis—yang sekaligus peringatan 45 tahun hubungan diplomatik kedua negara tersebut—enam industri manufaktur Korea Selatan dari berbagai sektor menyatakan minat segera berinvestasi di Indonesia senilai total 446 juta dollar AS.
Perusahaan Korsel yang berkomitmen investasi tersebut adalah LS Cable and System yang bermitra dengan PT Artha Metal Sinergi untuk mengembangkan sektor industri kabel listrik senilai 50 juta dollar AS di Karawang, Jawa Barat.
Selanjutnya, Parkland yang mengucurkan dana 75 juta dollar AS untuk membangun industri alas kaki di Pati, Jawa Tengah. Sae-A Trading menanamkan modal 36 juta dollar AS untuk sektor tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah.
Taekwang Industrial berencana membangun industri alas kaki senilai 100 juta dollar AS di Subang dan Bandung, Jawa Barat. World Power Tech dengan mitra lokal PT NW Industries berinvestasi 85 juta dollar AS untuk mengembangkan industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat.
Adapun InterVest dan Kejora Ventures menanamkan modal 100 juta dollar AS untuk jasa pembiayaan startup modal ventura di DKI Jakarta.