JAKARTA, KOMPAS--Kendati cetak biru hilirisasi sudah ada, namun hilirisasi mineral dan batubara di dalam negeri belum optimal. Salah satu penyebabnya adalah eksekusi hilirisasi yang lamban.
Untuk merealisasikan hilirisasi di dalam negeri, diperlukan keterpaduan lintas sektor.
Belum optimalnya hilirisasi mineral dan batubara di dalam negeri itu diakui Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, Budi Gunadi Sadikin. Menurut dia, hal paling mudah dikerjakan pada bisnis pertambangan adalah menjual material hasil produksi.
Namun, dalam jangka panjang, mengandalkan ekspor mineral mentah atau setengah jadi bukan keputusan tepat. Di masa mendatang, ekspor dari sektor tambang harus berupa barang jadi, bukan material mentah atau setengah jadi.
"Cetak biru hilirisasi sebenarnya sudah ada. Mineral A harus menjadi produk ini dan sebagainya, itu sudah ada. Hanya saja, kita lemah pada eksekusinya. Eksekusi itu membutuhkan dana dan teknologi," kata Budi dalam paparan kinerja penjualan perusahaan induk BUMN pertambangan, Rabu (12/9/2018), di Jakarta.
Dalam paparan itu, volume ekspor bijih bauksit PT Aneka Tambang Tbk, anak usaha Inalum, diperkirakan 1,25 juta ton pada 2018. Proyeksi itu jauh lebih besar dari realisasi 2017 yang sebanyak 767.000 ton. Adapun pasokan untuk domestik pada 2017 hanya 71.000 ton.
Selain bauksit, mineral lain yang lebih banyak diekspor adalah nikel dan timah. Ekspor timah, yang sebanyak 27.000 ton, jauh lebih besar ketimbang serapan di dalam negeri yang hanya 3.000 ton. Tahun ini, ekspor timah ditargetkan 28.000 ton, sedangkan pasokan di dalam negeri sama dengan tahun lalu.
Menteri BUMN Rini Soemarno yang hadir dalam paparan itu, menambahkan, tantangan terbesar BUMN pertambangan adalah meningkatkan nilai tambah tambang mineral dan batubara di dalam negeri. Hilirisasi mineral tambang bisa mengurangi ketergantungan terhadap barang impor.
"Dalam tiga sampai lima bulan ke depan, wujud hilirisasi harus ada. Sumber daya tambang termasuk menjadi sumber kekuatan daya saing sebuah bangsa lewat hilirisasinya," ujar Rini.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin mengatakan, sudah menandatangani nota kerja sama untuk hilirisasi batubara menjadi gas. (APO)