Panen Raya Mina Padi di Sukoharjo, KKP Optimistis Wujudkan Suplai Pangan Berkelanjutan
Oleh
M Fajar Marta
·4 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Kementerian Kelautan dan Perikanan optimistis program pengembangan mina padi mampu mendongkrak suplai pangan nasional. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan model pengembangan mina padi yang merupakan kerja sama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sukoharjo, Jawa Tengah. Sebelumnya, FAO menjadikan Indonesia sebagai rujukan model pengembangan mina padi untuk level Asia Pasifik.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, dalam keterangannya saat melakukan panen raya mina padi di Kabupaten Sukoharjo, Jumat (14/9/2018), menyatakan bahwa keberhasilan mina padi di banyak daerah, khususnya di Kabupaten Sukoharjo, akan mendorong percepatan pengembangan mina padi secara nasional.
Menurut dia, mina padi telah terbukti mampu memberikan efek ganda baik dalam upaya mendongkrak ketahanan pangan nasional maupun dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Hadir dalam acara panen raya mina padi itu antara lain dari Badan Pangan Dunia FAO perwakilan Asia Pasifik, FAO perwakilan Indonesia, Kementerian Koordinator Kemaritiman, jajaran Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, para pelaku usaha, dan ratusan petani.
Slamet menambahkan, jika berbicara pangan berkelanjutan, tantangan terbesar Indonesia adalah bagaimana mampu meningkatkan produktivitas di tengah tantangan perubahan iklim dan lingkungan global. Ini juga menjadi tantangan banyak negara di dunia.
Dijelaskan bahwa FAO mulai mendorong negara-negara untuk menerapkan konsep Ecosystem Approach for Aquaculture (EAA), yang salah satu poinnya adalah bagaimana mengintegrasikan akuakultur dengan sektor lainnya untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Oleh karena itu, mina padi adalah pilihan tepat untuk mewujudkan suplai pangan berkelanjutan dan ini salah satu yang melatarbelakangi FAO melirik Indonesia sebagai acuan model.
”Potensi lahan persawahan di Indonesia itu mencapai 8,1 juta hektar. Dari luasan itu, sekitar 4,9 juta hektar efektif untuk pengembangan mina padi. Ini sebuah keunggulan komparatif yang luar biasa besar jika kita optimalkan,” kata Slamet.
Di sisi lain, menurut Slamet, ada tantangan besar lainnya, yakni maraknya alih fungsi lahan produktif sawah untuk kegiatan lain semisal industri dan perumahan.
”Mengenai alih fungsi lahan, kami mengimbau pemerintah daerah untuk konsisten menerapkan perda rencana tata ruang wilayah (RTRW) dalam melindungi pemanfaatan ruang untuk sektor strategis, seperti perikanan dan pertanian. Secara khusus, saya menyarankan ada alokasi pemanfaatan ruang bagi pengembangan mina padi dalam rencana detail tata ruang di daerah,” tuturnya.
Genjot produksi
Percontohan mina padi kerja sama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan FAO di Kabupaten Sukoharjo dilakukan pada lahan seluas 18 hektar dan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hasil panen menunjukkan produktivitas padi naik dari rata-rata 7 ton per hektar per musim tanam menjadi 9-10 ton per hektar per musim tanam. Ini belum dengan tambahan pendapatan dari ikan 1-2 ton per hektar per musim tanam. Dalam percontohan ini juga digunakan pakan mandiri sehingga menghemat biaya produksi.
Di sisi lain, sistem mina padi juga terbukti mampu meminimalkan risiko serangan hama, pengurangan penggunaan pupuk, serta tidak menggunakan pestisida yang menghasilkan padi organik. Kotoran dari ikan juga menyuburkan padi sehingga ada hubungan mutualisme. Beberapa spesies mina padi selain nila juga dapat mengembangkan budidaya gurami, lele, udang galah, dan ikan hias seperti koi.
”Alhamdulillah produktivitas padi naik. Kami juga mendapatkan tambahan hasil produksi ikan yang cukup besar, yaitu 1 ton per hektar. Dari hasil itu, kami mendapatkan keuntungan lebih besar dari sistem biasa. Sebagai gambaran, kalau sistem biasa pendapatan hanya sebesar Rp 38 juta per hektar per musim tanam, dengan sistem mina padi ini naik menjadi Rp 53 juta per hektar per musim tanam,” ungkap Darno, Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki Desa Dalangan.
Stephen Rudgard dari FAO perwakilan Jakarta menyampaikan, apa yang berkembang di Sukoharjo telah sejalan dengan apa yang ada di tingkat dunia, bahwa saat ini negara-negara di dunia dituntut untuk mampu menyuplai kebutuhan pangan secara berkelanjutan. Menurut dia, kebutuhan pangan masyarakat dunia harus tersedia dengan tetap menjamin kualitas dan keamanan pangannya.
Adapun Dr Miao Weimin selaku Aquaculture Officer dari FAO Regional Asia Pasifik mengapresiasi Pemerintah RI, khususnya Ditjen Perikanan Budidaya dan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, dalam mendukung keberhasilan proyek mina padi. Selanjutnya, Miao menyampaikan harapannya agar keberhasilan ini dapat dilanjutkan oleh Indonesia melalui program nasional dalam skala yang lebih besar. Selain itu, keberhasilan Indonesia dalam proyek mina padi ini diharapkan menjadi contoh bagi negara lain untuk mendukung FAO dalam menyediakan sumber pangan bagi masyarakat global.
Berdasarkan data yang dirilis KKP, tingkat konsumsi ikan per kapita Provinsi Jawa Tengah sebesar 28,81 kilogram per kapita per tahun. Angka itu jauh di bawah rata-rata nasional yang mencapai 47,7 kilogram per kapita per tahun. Keberhasilan pengembangan mina padi seperti di Kabupaten Sukoharjo diharapkan akan dicontoh daerah lain dan secara langsung dapat mendongkrak tingkat konsumsi ikan masyarakat.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.