JAKARTA, KOMPAS - PT Pertamina (Persero) menyatakan komitmennya membangun dua kilang minyak yang baru di Tuban, Jawa Timur, dan Bontang, Kalimantan Timur. Pertamina juga berupaya meningkatkan kapasitas empat kilang minyak yang ada saat ini, yaitu di Balikpapan, Cilacap, Balongan, dan Dumai dari 1 juta barel minyak per hari saat ini menjadi 2 juta barel minyak per hari pada 2025.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito di Jakarta, Rabu (19/9/2018) menyatakan, kapasitas terpasang saat ini sekitar 1 juta barel per hari dan akan ditingkatkan menjadi 2 juta barel per hari pada 2025.
Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno meminta Pertamina segera merealisasikan tahapan peningkatan kapasitas kilang minyak dan pembangunan kilang minyak yang baru. “Pembangunan kilang di Tuban, ternyata ada kendala lahan. Oleh karena itu, saya minta Pertamina bekerja sama dengan PT PTPN untuk memanfaatkan lahan milik PTPN dalam pembangunan kilang minyak yang baru," ujarnya.
Terkait pembangunan kilang minyak baru di Tuban, Pertamina sebenarnya sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan minyak asal Rusia Rosneft Oil Company. Dalam proyek ini, Pertamina diwakili anak usaha, PT Kilang Pertamina Internasional. Adapun, Rosneft diwakili afiliasi usahanya yang bernama Petrol Complex PTE.
Perusahaan patungan yang dibentuk bernama PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia. Sebesar 55 persen saham perusahaan patungan ini dimiliki Pertamina dan 45 persen milik Rosneft (Kompas, 29/11/2017).
Menurut Rini, butuh komitmen dan kepedulian yang kuat dari jajaran direksi untuk mewujudkan ketahanan energi, khususnya melalui peningkatan kapasitas kilang dan pembangunan kilang. Indonesia harus mampu mengolah minyak mentah dan meningkatkan kapasitas produksi dan penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri sehingga impor minyak dapat dikurangi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2018 defisit sebesar 1,02 miliar dollar AS, antara lain dipicu defisit sektor migas sebesar 1,66 miliar dollar AS meski sektor non migas surplus 0,64 miliar dollar AS. Secara akumulatif, defisit sektor migas pada Januari-Agustus 2018 sebesar 8,35 miliar dollar AS atau naik dibandingkan defisit sektor migas pada periode yang sama tahun 2017 sebesar 5,39 miliar dollar AS.
Menurut Adiatma, program peningkatan kapasitas kilang atau Refined Development Masterplan Program (RDMP) di Balikpapan tetap dilakukan sesuai jadwal. “Akhir tahun 2018, diharapkan sudah ground breaking,” katanya. Sejumlah fasilitas atau sarana penunjang sudah dibangun di sekitar kawasan kilang minyak di Balikpapan.
Dalam program pembangunan kilang minyak yang baru atau program grass root refinery (GRR) di Tuban, Jawa Timur memang terdapat kendala masalah pembebasan lahan. “Ada tanah masyarakat. Ada juga penolakan dari masyarakat,” katanya. Ia menambahkan, ada pemikiran untuk memanfaatkan lahan milik PTPN. Namun, rencana itu belum dieksekusi.
Pertamina merencanakan membangun dua kilang baru dan meningkatkan kapasitas empat kilang yang ada. Modal atau investasi yang dibutuhkan setidaknya mencapai 34 miliar dollar AS hingga tahun 2024. Dengan nilai tukar rupiah Rp 14,500 per dollar AS, nilai investasi pembangunan dan peningkatan kapasitas kilang-kilang itu mencapai Rp 493 triliun.
Pembangunan kilang minyak yang baru, termasuk peningkatan kapasitas kilang merupakan program strategis pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam program ketahanan energi. Untuk itu, Pertamina merencanakan meningkatkan kapasitas 4 kilang minyak dalam program RDMP, yaitu kilang minyak di Balikpapan, Balongan, Cilacap, dan Dumai. Selain itu, Pertamina merencanakan membangun dua kilang baru dalam program GRR, yaitu kilang minyak di Tuban dan di Bontang.