JAKARTA, KOMPAS
Bisnis angkutan batubara menggeliat. Diperkirakan, bisnis ini akan tumbuh positif seiring akan diresmikannya beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap di dalam negeri.
Untuk mengantisipasi pertumbuhan tersebut PT Pelita Samudera Shipping Tbk akan membeli sejumlah kapal tunda dan kapal tongkang yang kebutuhannya akan meningkat seiring meningkatnya kebutuhan batubara.
"Kami akan menjual salah satu alat untuk memindahkan muatan dari kapal atau floating loading facility (FLF) dan menggantinya dengan membeli beberapa kapal tunda dan kapal tongkang. Kami sudah mendapatkan pembelinya, yakni PT Maritim Barito Perkasa dengan harga 12 juta dollar AS," kata Direktur Utama PT Pelita Samudera Shipping (PSS) Tbk Iriawan Alex Ibarat saat paparan publik mengenai divestasi aset, di Jakarta, Kamis (20/9/2018).
Menurut Iriawan, penambahan armada kapal tunda dan kapal tongkang ini nantinya tidak hanya untuk mengangkut batubara, tetapi juga bisa digunakan untuk mengangkut komoditas lain seperti nikel dan hasil tambang lainnya.
"Saat ini bisnis minyak dan gas memang sedang lesu, tetapi di ke depan, kebutuhan minyak dan gas akan tumbuh dan pertumbuhan itu membutuhkan alat transportasi," jelas Iriawan.
Direktur Keuangan PSS Harry Tjhen mengatakan, divestasi aset FLF ini juga untuk meningkatkan utilisasi aset yang ada. Dengan memiliki empat FLF, maka tingkat utilisasi FLF sebesar 70 persen. Dengan hanya mempunyai tiga FLF, maka utilisasinya menjadi 90 persen. Sementara, untuk kapal tunda dan tongkang, tingkat utilisasinya sudah di atas 94 persen. "Oleh karena itu kami merasa perlu menambah armada lagi," kata Harry.
Dia menjelaskan, kesempatan menjual FLF ini merupakan kesempatan bagi perseroan untuk memperoleh dana untuk diinvestasikan ke aset yang lebih menguntungkan. Penjualan ini juga sejalan dengan strategi usaha perseroan untuk ekspansi armada kapal yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir. Apalagi, kebutuhan pasar domestik dan ekspor batubara di masa mendatang, akan tetap stabil di negara-negara Asia terutama Asia Tenggara.
Iriawan menjelaskan, hingga 2021, perseroan akan membeli 12 unit kapal tunda dan tongkang, satu unit floating crane dan dua unit kapal induk. "Investasi untuk kebutuhan 24 bulan ke depan, diperkirakan sekitar 20 juta dollar AS sampai dengan 50 juta dollar AS. Dananya dari pembiayaan internal dan perbankan. Untuk tahun ini, belanja modal yang kami siapkan sebesar 29 juta dollar AS, tetapi hingga Agustus serapannya baru 43 persen," jelas Iriawan.