JAKARTA, KOMPAS--Menjelang akhir triwulan III-2018, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan masih penuh gejolak. Namun, pelaku pasar optimistis perbaikan kinerja emiten dan fundamen ekonomi bisa menopang IHSG bertahan di level 6.000 sebelum pergantian tahun.
Presiden Direktur Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana memprediksi, laba mayoritas emiten pada triwulan III-2018 lebih baik dari triwulan sebelumnya.
“Ambil satu contoh emiten di sektor pebankan, dilihat dari penyaluran kredit semakin baik pada triwulan III-2018. Saya lihat ini sebagai imbas perbaikan fundamen ekonomi," kata Jemmy di Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 mencapai 5,2 persen. Sementara, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2018 berkisar 5,13-5,25 persen.
Jemmy menambahkan, sektor lain yang menjadi perhatiannya pada akhir 2018 dan memasuki awal 2019 adalah otomotif, pertambangan, konsumer, perkebunan, ritel, konstruksi, dan telekomunikasi. Pertumbuhan sektor-sektor tersebut dipengaruhi sentimen ekonomi global dan dalam negeri, misalnya sektor pertambangan. Emiten tambang batu bara mendapat sentimen positif seiring kenaikan permintaaan dari China dan Korea Selatan. Harga batubara diprediksi mencapai level tertinggi 115 dollar AS per metrik ton.
Di sisi lain, pemerintah berkomitmen melanjutkan proyek infrastruktur yang tergambar melalui alokasi anggaran infrasturktur sebesar Rp 420,5 triliun, lebih tinggi dari alokasi 2018 yang sebesar Rp 410,7 triliun.
”Proyek-proyek infrastruktur tidak akan berhenti berjalan meski masih mungkin terjadi pelambatan,” ujarnya.
Sementara itu, Head of Research and Strategy PT Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto, memproyeksikan, pertumbuhan IHSG akan positif pada tahun depan. Berdasarkan sejarah selama ini, IHSG bergerak di zona hijau pada periode pemilihan presiden dan wakil presiden.
Ia memprediksi, penyaluran kredit perbankan pada 2019 bisa tumbuh 12,8 persen, dampak dari anggaran subsidi suku bunga 2019 yang sebesar Rp 16,6 triliun. Adapun di sektor konsumer, pemilihan umum akan mendorong belanja masyarakat, sehingga pendapatan pada sektor ini diperkirakan tumbuh 7,6 persen dengan kenaikan laba 8,7 persen secara tahunan.
“Kinerja emiten sektor ini mendukung pergerakan positif IHSG pada 2019,” ujar Helmy.
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup melemah 7,92 poin atau 0,13 persen menjadi 5.874,29. Isu perang dagang Amerika Serikat-China masih menjadi salah satu fokus investor dalam menentukan kebijakan investasinya. Situasi yang kurang kondusif ini memicu aksi investor melepas saham.
Proyeksi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed, pada pekan ini cukup kuat sehingga memicu tekanan pada pasar saham. Jika The Fed menaikkan suku bunga acuannya, diperkirakan Bank Indonesia juga melakukan hal yang sama. (DIM)