BATU LICIN, KOMPAS — PT ABM Investama Tbk berfokus pada bisnis jasa sektor tambang menyusul kian berkurangnya cadangan batubara di lahan konsesi di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Dengan volume produksi rata-rata 5 juta ton per tahun, sisa cadangan sekitar 18 juta ton akan habis tepat pada masa berakhirnya izin di 2021.
Melalui anak usahanya, PT Tunas Inti Abadi, luas kawasan produksi batubara ABM Investama di Tanah Bumbu adalah 3.085 hektar. Adapun volume sumber daya batubara di kawasan tersebut diperkirakan sebanyak 106 juta ton. Batubara yang diproduksi berkalori sedang, yaitu 5.400 kalori per kilogram sampai 5.600 kalori per kilogram.
China menjadi pasar utama ekspor batubara perusahaan, yakni berkontribusi sebesar hampir 60 persen. Negara lain yang menjadi tujuan ekspor adalah India, Vietnam, Phillipina, dan Thailand. Perusahaan juga memenuhi kewajiban pasokan batubara ke dalam negeri sebesar 25 persen dari total produksi per tahun, yaitu untuk kebutuhan pembangkit listrik PLN maupun untuk industri.
Direktur Keuangan ABM Investama Adrian Erlangga mengatakan, upaya perusahaan untuk terjun di semua mata rantai pasok batubara menjadi solusi bisnis di saat cadangan batubara habis. ABM Investama bisa bergerak di sektor jasa bagi perusahaan tambang lain di Tanah Bumbu. Bisnis itu berupa penggalian, pengangkutan, maupun persewaan alat berat.
"Infrastruktur yang kami bangun sudah mapan, seperti jalan raya dan pelabuhan. Kapasitas jalan raya mampu mengangkut batubara sebanyak 15 juta ton per tahun dan kapasitas pelabuhannya cukup untuk 10 juta ton per tahun. Jadi, saat batubara di wilayah operasi kami habis, bisnis sektor jasa terus berjalan," kata Adrian, Rabu (26/9/2018), di Batu Licin, Kalimantan Selatan.
Direktur PT Tunas Inti Abadi Dadik Kiswanto menambahkan, pihaknya sudah mengajukan perpanjangan izin usaha pertambangan (IUP) ke Pemerintah Provinsi Kalsel. Masa operasi IUP saat ini akan berakhir pada Oktober 2021 dan bisa diperpanjang 10 tahun kemudian apabila perpanjangan izin dikabulkan. Perusahaan juga mengkaji rencana akuisisi wilayah pertambangan yang ada di Kalsel.
"Sembari bisnis jasa dijalankan, kami akan terus mengelola atau meningkatkan status sumber daya batubara yang ada menjadi cadangan terbukti agar bisa diproduksi," ujar Dadik.
Pelibatan masyarakat
Dalam menjalankan bisnis jasa sektor tambang batubara, ABM Investama melibatkan masyarakat desa setempat. Perusahaan menggandeng CV Panca Bina Banua (PBB) yang merupakan konsorsium lima badan usaha milik desa di sekitar lokasi tambang. Kelima desa itu adalah Sebamban Baru, Sebamban Lama, Tri Martani, Mangkalapi, dan Bunati.
"Pada mulanya, perusahaan menyumbangkan lima unit truk dan kini sudah berkembang menjadi 45 unit truk. CV PBB mampu berkontribusi bagi pendapatan setiap desa sebanyak Rp 40 juta sampai Rp 45 juta per tahunnya," kata Kepala Desa Tri Martani, Wagiran.
Selain jasa pengangkutan, masyarakat di sekitar lokasi tambang juga dilibatkan dalam proyek reklamasi bekas lahan tambang. Proyek tersebut berupa penanaman berbagai jenis tanaman keras, seperti mahoni, sengon, dan trembesi, pada area bekas tambang. Sekitar 45 persen kawasan tambang Tunas Inti Abadi berhasil dipulihkan lewat penanaman.