Investasi Tambang Bawah Tanah Freeport Bisa Melebihi 16 Miliar Dollar AS
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·1 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Investasi tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia (Freeport) hingga 2041 bisa melebihi 16 miliar dollar AS. Kompleksitas proses penambangan menjadi tantangan perusahaan di masa depan.
Vice President Corporate Communications Freeport Riza Pratama di Jakarta, Jumat (28/9/2018), mengatakan, tambang terbuka Grasberg akan selesai pada 2018. ”Setelah itu akan ada masa transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah,” ucapnya.
Tambang bawah tanah diproyeksikan akan mencapai puncak produksi pada 2022. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 200.000 ton bijih (ore) per hari.
”Tantangan yang dihadapi untuk tambang bawah tanah adalah masalah keamanan dan tenaga kerja,” kata Riza sambil menambahkan bahwa tambang bawah tanah juga membutuhkan dukungan dan kestabilan investasi.
Pemerintah baru saja resmi memiliki 51,23 persen saham Freeport melalui PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kamis (27/9/2018). Pembelian saham itu seiring dengan persetujuan kelanjutan pengelolaan Freeport hingga 2041.
Pada 2019, Freeport akan memulai penambangan bawah tanah karena cadangan bijih di wilayah Grasberg telah habis.