“Segeralah menyelam di Raja Ampat sebelum terlambat,” kata Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. di Jakarta, Kamis (27/9/2018). Donovan mengatakannya dengan serius.
Pernyataan yang singkat itu sebenarnya menampar dengan keras. Bagaimana tidak? Donovan bukan warga negara Indonesia, tetapi ia khawatir keindahan laut Indonesia akan menjadi mitos semata jika penanganan masalah kelautan di Indonesia tidak sungguh-sungguh.
Pada 2015, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, Jenna R Jambeck dalam jurnal Science menyebutkan, Indonesia adalah negara kedua terbesar penyumbang sampah ke laut setelah China. Total limbah dibuang ke laut sekitar 1,3 juta ton per tahun.
Laporan itu mencengangkan banyak pihak. Pemerintah dan organisasi nonprofit di bidang lingkungan dibuat sibuk. Sampah-sampah tersebut mengancam ekosistem laut, nama Indonesia pun ikut tercoreng di dunia internasional.
Kondisi tersebut diperparah dengan pemanfaatan kekayaan laut yang berlebihan dari masyarakat. Isi perut laut terus dikuras tanpa diberi waktu untuk beristirahat dan berkembang.
“Jumlah populasi manusia sudah melampaui kemampuan alam untuk regenerasi,” tutur Donovan. Persediaan ikan berkurang, terumbu karang rusak, dan air laut tercemar limbah. Keberlangsungan keanekaragaman hayati laut kini bergantung dari kesadaran manusia.
Jumlah populasi manusia sudah melampaui kemampuan alam untuk regenerasi
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nilanto Perbowo mengucapkan, sudah sewajarnya kelestarian kelautan Indonesia dijaga. Negara ini dua pertiganya terdiri dari laut.
“Mempertahankan kelestarian dan fungsi laut adalah untuk masa depan bangsa,” tuturnya. Masa depan dunia juga bergantung dari laut Indonesia, mengingat Raja Ampat adalah salah satu pusat kekayaan biodiversitas dunia.
Pemerintah, lanjutnya, telah lama berupaya menjaga kekayaaan hayati laut Indonesia. Salah satunya adalah bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mengoptimalkan proses perlindungan Kawasan Konservasi (KK) atau marine protected area (MPA) yang ada di Indonesia.
KK berfungsi sebagai lokasi ekosistem kelautan yang berkelanjutan. Dengan demikian, kawasan itu akan menjaga sistem rantai makanan dan siklus hidup ikan. KK juga akan menjaga ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Tak ketinggalan, KK turut menjamin keberadaan budaya dan sejarah daerah setempat.
Kawasan konservasi berfungsi sebagai lokasi ekosistem kelautan yang berkelanjutan
Luas perairan Indonesia mencapai 325 juta hektar. Target pemerintah adalah memiliki 20 juta hektar lahan KK pada 2020. Setelah itu, target akan ditambah 11,63 juta hektar pada 2030.
Indonesia dan AS berkolaborasi dengan masyarakat dalam The USAID Sustainable Ecosystem Advance (USAID SEA) Project. Proyek itu dilakukan di 14 KK selama 2016-2021, beberapa di antaranya Papua Barat dan Maluku Utara.
Masyarakat diajari berbagai hal untuk menjaga KK, seperti langkah penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan penumpukan ikan sebagai stok. Mereka juga dijelaskan mengenai manfaat yang diperoleh dari pariwisata jika kondisi alam tetap terjaga.
Senior Manager Conservation International Indonesia Meity Mongdong menambahkan, program pelestarian KK hanya akan berhasil jika perekonomian masyarakat ikut ditopang oleh laut. “Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan terhadap pemimpin masyarakat lokal,” tuturnya.
Tercapai
Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut KKP Andi Rusandi, menyebutkan, lokasi KK berada di 11 wilayah pengelolaan perikanan (WPP), seperti WPP 571 (Selat Malaka dan Laut Andaman) serta WPP 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau).
“Setidaknya 10 persen dari luas WPP wajib menjadi KK,” tuturnya. WPP 571 saat ini memiliki luas KK terendah (0,5 persen) dan WPP 715 memiliki luas KK tertinggi (8,17 persen).
Namun, secara keseluruhan, luas KK ternyata telah mencapai 20,87 juta hektar lahan di 172 lokasi pada Agustus 2018. Pencapaian itu dua tahun lebih cepat dari target pada 2020. Semangat dan kemampuan menjaga laut biru Indonesia masih terbuka lebar.
Pencapaian itu dapat menjadi portofolio yang baik bagi Indonesia. Apalagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah Our Ocean Conference 2018 (OOC 2018) yang digelar pada 29 dan 30 Oktober di Bali.
Pencapaian 20,87 juta hektar kawasan konservasi sebelum tenggat waktu itu dapat menjadi portofolio yang baik bagi Indonesia
Nilanto menegaskan, keterpilihan Indonesia sebagai tuan rumah menunjukkan dunia internasional percaya bangsa ini ikut menyusun komitmen global untuk melindungi laut dan sumber daya yang ada. “Laut kita adalah harta pusaka kita,” katanya.