Simalakama Kemajuan Teknologi Digital
Banyak kalangan sering terpukau dengan angka-angka yang terkait dengan ekonomi digital. Indonesia disebut sebagai pengguna media sosial terbesar di dunia.
Transaksi perdagangan elektronik atau e-dagang semakin meningkat. Penggunaan gawai juga tergolong sangat tinggi. Hampir semua penduduk kini memegang gawai. Meski demikian, di tengah masalah pelemahan rupiah, fenomena tersebut malah merisaukan karena mendorong penggunaan valuta asing.
Beberapa waktu lalu ada poster elektronik yang disebar beberapa orang ketika rupiah melemah hingga mendekati Rp 15.000 per dollar AS. Mereka ingin mengampanyekan cara-cara mudah bagi warga ikut mengurangi pelemahan rupiah. Salah satunya menunda pembelian gawai.
Kita mungkin berpikir untuk menghubungkan penundaan pembelian gawai dengan upaya menurunkan tekanan terhadap rupiah. Ternyata membatalkan atau menunda pembelian gawai memang bisa ikut menurunkan tekanan terhadap rupiah.
Kendati beberapa pembuatan gawai sudah dilakukan di dalam negeri, suku cadangnya—yang digolongkan ke dalam barang modal—masih harus diimpor. Perusahaan-perusahaan pengimpor gawai merupakan perusahaan nomor tiga dalam membeli dollar AS di pasar setelah PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pertamina (Persero). Impor ini tentu ikut menguras devisa.
Tekanan ini akan semakin tinggi ketika kita membeli gawai dari luar negeri melalui transaksi e-dagang. Pembelian memang dalam nilai rupiah, tetapi nilai itu merupakan konversi dari dollar AS.
Transaksi e-dagang ternyata juga mendorong pelemahan rupiah. Sebab, tidak sedikit barang tersebut yang harus diimpor. Meskipun harus diakui, nilai transaksi e-dagang secara keseluruhan belum sesuai target. Dari prediksi sekitar 200 miliar dollar AS, baru tercapai sekitar 20 miliar dollar AS.
Banyak produk yang harus diimpor, mulai dari gawai hingga pernak-pernik kecil. Harganya memang sangat murah dan beberapa laman e-dagang memberi iming-iming bebas ongkos kirim.
Transaksi e-dagang lain yang juga cukup besar adalah pembelian tiket pesawat dan paket wisata. Pembelian tiket pesawat ke luar negeri dilakukan karena promosi yang cukup gencar. Mereka juga menawarkan tiket murah sehingga banyak yang tergiur untuk membeli tiket pesawat. Penjualan tiket kini banyak dilakukan melalui internet. Perjalanan ke luar negeri memang terkesan menjadi murah ketika orang dengan mudah mendapatkan tiket di internet.
Nilai pembelian seperti ini mencapai 8 miliar dollar AS.
Saat ini, berbagai pembelian barang dan juga tiket melalui e-dagang itu mungkin belum menjadi masalah besar. Akan tetapi, nantinya akan menjadi masalah ketika nilainya terus meningkat. Perusahaan laman e-dagang, baik untuk barang, jasa, tiket, maupun keperluan lain, akan terus memberi promosi agar anggotanya loyal berada di lamannya. Apalagi, cara pembeliannya sangat mudah dan cepat sehingga kita makin bergantung pada produk impor.
Bahkan, produk-produk yang kecil dan remeh-temeh.
Kemajuan teknologi digital memang harus diterima. Namun, perilaku konsumsi kita harus dikendalikan. Kita mudah mendapatkan berbagai barang impor di berbagai laman e-dagang sehingga dengan mudah membeli berbagai produk itu. Seorang ibu rumah tangga mudah sekali tergiur membeli taplak meja bermotif Afrika hingga dia membeli barang itu. Pada kenyataannya, produk itu merupakan produk impor.
Untuk itu, imbauan agar mengurangi pembelian produk luar negeri, seperti gawai dan berbagai pernak-pernik, serta melakukan perjalanan ke luar negeri bisa menjadi langkah untuk mengerem pelemahan rupiah terhadap dollar AS.
Pemerintah dan Bank Indonesia perlu membuat cara-cara berkomunikasi yang tepat, terutama melalui media sosial, untuk memberi pemahaman kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa diajak mengambil peran.
Di samping itu, pemerintah perlu membantu mengembangkan produk-produk usaha kecil dan menengah di dalam negeri. Langkah ini perlu segera dilakukan sehingga produk dalam negeri mempunyai daya tarik dan bisa ditawarkan di laman-laman e-dagang.
Cara ini juga bisa mengurangi tekanan terhadap rupiah. Dulu kita berpikir produk-produk impor berupa barang-barang mahal dan barang modal produksi. Kenyataannya, melalui laman e-dagang, semua orang bisa beli apa saja dari berbagai negara dengan hanya menggunakan gawai.
Apalagi ketika laman-laman e-dagang tengah melakukan fase pengembangan, dengan mudah kita mendapatkan berbagai produk impor dengan nilai yang miring. Mereka berusaha agar para pengguna internet tertarik melihat dan membeli produk-produk di laman mereka. Orang tergoda untuk membeli karena harga yang lebih rendah dan bebas ongkos kirim. Apalagi, dari pembelian itu, mereka bisa mendapatkan poin yang bisa ditukar dengan pembelian produk ketika jumlah poinnya mencukupi.
Pelaku-pelaku usaha rintisan e-dagang di dalam negeri telah melakukan berbagai cara agar pengusaha UKM di dalam negeri mengembangkan usahanya sehingga bisa dijual di laman e-dagang. Mereka melakukan pendekatan serta membina usaha kecil dan menengah agar produknya mendapatkan pembeli di laman internet. Cara ini masih perlu ditingkatkan karena laman-laman asing juga gencar berpromosi di Indonesia, bahkan mereka menyediakan laman khusus dengan bahasa Indonesia dan pembayaran yang dikonversi ke rupiah.
Di sisi lain, pemerintah juga perlu menjadi contoh upaya mengurangi tekanan terhadap rupiah, seperti mengurangi perjalanan dinas ke luar negeri. Jika perlu, beberapa kunjungan ke luar negeri dibatalkan atau dengan cara memperkecil jumlah rombongan, tetapi tetap efektif. Langkah ini untuk menunjukkan kepada publik bahwa pemerintah memiliki sikap tanggap terhadap krisis. Dengan demikian, ajakan pemerintah akan mudah direspons karena pemerintah telah memberi contoh kepada warganya.
Pengembangan industri digital perlu segera memperhatikan masalah ekonomi, seperti pelemahan rupiah. Agresivitas dalam mencari pembeli juga perlu diikuti dengan mencari produk-produk lokal yang akan dijual.
Kandungan lokal dalam industri digital juga perlu dibangun agar ketergantungan pada impor menurun. Kecanduan menggunakan gawai rupanya tidak hanya menyebabkan kecanduan penggunaan media sosial, tetapi juga kecanduan dalam membeli barang, yang tidak sedikit harus diimpor. Ini berbahaya!