JAKARTA, KOMPAS — Keinginan pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan masih belum diikuti dengan penataan pusat cendera mata. Padahal, cendera mata merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pariwisata dan mempunyai dampak ekonomi yang cukup besar.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Dadang Rizki Ratman mengatakan, pengeluaran terbesar bagi wisatawan di tempat destinasi adalah untuk akomodasi.
”Jumlahnya sekitar 45 persen dari pengeluaran, kemudian 15 persen untuk angkutan lokal dan 40 persen untuk makan, minum, dan cendera mata. Kira-kira porsi cendera mata mencapai 10 persen dari pengeluaran makan, minum, dan cendera mata,” tutur Dadang saat meluncurkan Sayembara Desain Pusat Cendera Mata Pariwisata, di Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Walaupun jumlahnya tidak sebesar pengeluaran yang lain, potensi penjualan cendera mata masih sangat besar untuk dikembangkan. Sayangnya, belum banyak pelaku usaha yang melihat cendera mata sebagai sebuah kebutuhan bagi wisatawan.
Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari menyebutkan, banyak daerah wisata favorit belum mempunyai pusat cendera mata.
”Kebanyakan cendera mata dijual di warung-warung kayu yang sederhana dan tidak menarik. Demikian juga dengan cendera matanya tidak dikemas dengan cantik sehingga tidak menarik,” ucap Hari.
Dia mengatakan, pusat cendera mata ini akan sangat kental penilaian di arsitekturnya, dan arsitektur merupakan salah satu dari 16 subsektor ekonomi kreatif. Pusat cendera mata mendukung rantai distribusi untuk subsektor kuliner, kriya, dan fashion.
Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata, Bekraf, dan PT Propan Raya mengundang para arsitek dan desainer untuk merancang pusat cendera mata yang representatif, memudahkan orang untuk mencari barang, sekaligus mampu membuat orang berlama-lama di tempat tersebut, dan akhirnya berbelanja. Pusat cendera mata itu harus mempunyai desain yang bercirikan destinasi wisata tempatnya berada.
”Ada 10 destinasi yang menjadi prioritas dan mereka harus merancang pusat cendera matanya. Ke-10 destinasi itu adalah Danau Toba, Sumatera Utara; Tanjung Kelayang, Bangka Belitung; Tanjung Lesung, Banten; Kepulauan Seribu dan Kota Tua, DKI Jakarta; Borobudur, Jawa Tengah; Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur; Mandalika, Nusa Tenggara Barat; Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur; Wakatobi, Sulawesi Tenggara; dan Morotai, Maluku,” tutur Direktur PT Propan Raya Yuwono Imanto.
Pendaftaran sayembara ini diselenggarakan 5-31 Oktober 2018 dan pengumuman pemenang dilakukan pada 30 November. Pendaftaran bisa dilakukan di laman Kementerian Pariwisata, Bekraf, dan juga laman arsitekturnusantara.propanraya.com.
Peserta boleh individu atau kelompok. Namun, pemimpin peserta haruslah seorang arsitek. Para pemenang akan mendapat hadiah total Rp 600 juta. Rinciannya, 10 pemenang di setiap destinasi akan mendapatkan Rp 50 juta. Sementara satu pemenang utama mendapatkan Rp 100 juta.