Anak Muda Membidik Pasar
Mampu membuat produk yang bisa diterima pasar adalah talenta. Kejelian melihat peluang dipadu kelincahan menentukan cara dan gaya pemasaran semakin mendukung pengembangan usaha. Kolaliandri Ginting, wirausaha muda dari Sumatera Utara, membuktikan perpaduan resepnya.
Populasi sepeda motor di Indonesia yang besar memantik ide Kolaliandri, yang masih berstatus mahasiswa, untuk merakit dan menjual mesin semprot pencuci kendaraan bermotor. Pada awal merintis usahanya itu, ia pernah menahan uang kos dua pekan sebesar Rp 800.000.
Ketika ada dosen menyuruh mahasiswa membeli buku, Kolaliandri pun menawarkan diri untuk menangani, dengan mengambil untung Rp 5.000 per buku. Modal terkumpul untuk mengawali usaha perakitan dan pemasaran mesin cuci sepeda motor.
Secara umum, peranti produk rakitan Kolaliandri berwujud mesin mini bertenaga listrik 100 watt. Alat ini disambung selang yang memungkinkan penyetelan ukuran semburan, dari model semburan kabut hingga kasar.
Konsumen yang ingin mencuci kendaraan di wilayah yang tidak terjangkau layanan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dapat menggunakan capit buaya untuk mengambil daya dari aki motor atau mobil.
Sebagai generasi milenial kelahiran tahun 1997, Kolaliandri akrab dengan perkembangan teknologi. Pemasaran melalui pasar dalam jaringan, termasuk Bukalapak, ia pilih untuk menjangkau konsumen.
”Aku posting foto produkku waktu malam. Eh, besoknya langsung laku. Aku ambil profit Rp 50.000 per unit,” kata Kolaliandri saat ditemui di lokasi usahanya di Medan, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu.
Usaha yang dirintis sejak 2016 itu pun terus berkembang. Menurut Kolaliandri, pemasaran secara dalam jaringan (daring) memiliki cakupan yang lebih luas. Produknya pun merambah sejumlah daerah di Indonesia, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Peta seperti ini terkait dengan sebaran keberadaan sepeda motor yang ada di kota-kota tersebut.
”Aku enggak nyangka. Kemarin bayangin-nya seminggu dapat 100-200 unit untuk modal malam mingguan saja. Enggak kepikir, ternyata usaha ini bisa membawaku liburan ke Raja Ampat, Singapura, Thailand, China, dan membelikan tiket wisata rohani untuk orangtua,” tutur Kolaliandri.
Saat ini, Kolaliandri—yang memiliki enam karyawan—mampu memproduksi 500 mesin mini cuci motor per minggu. Satu unit dijualnya seharga Rp 280.000 lengkap dengan lembaran manual panduan perakitan.
”Tahun ini target profit Rp 1 miliar mudah-mudahan tercapai. Sekarang sudah menyentuh Rp 800 juta, terhitung dari 2016,” kata Kolaliandri.
Ia pun menaruh kutipan presiden pertama RI Soekarno pada kemasan produk tersebut. Kutipan ini yang dia pilih, ”Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya.”
Kolaliandri meyakini kutipan Bung Karno itu akan membangkitkan nasionalisme sekaligus memanen respons positif dari konsumen. Dalam pemasaran, ulasan positif akan menarik semakin banyak pembeli.
”Kupasang kutipan Bung Karno untuk menarik supaya pembeli kasih ulasan bagus. Agar bangsa Indonesia jadi tuan rumah di negeri sendiri, itu kan pasti membara nasionalisme. Makin banyak bintang lima, makin memancing pembeli,” ucap Kolaliandri.
Kupasang kutipan Bung Karno untuk menarik supaya pembeli kasih ulasan bagus. Agar bangsa Indonesia jadi tuan rumah di negeri sendiri, itu kan pasti membara nasionalisme.
Tak hanya memutar ide saat memasarkan, Kolaliandri juga berupaya mencari strategi untuk mengefisienkan biaya produksi mulai dari pembelian bahan baku. Seorang dosennya pernah mengajarkan, bukan hanya penjual, melainkan juga pembeli yang bisa dan harus jual mahal.
Ketika seorang penjual menyebutkan harga per unit, Kolaliandri akan menukas dengan pertanyaan, ”Berapa harganya kalau aku ambil seribu?” Penerapan praktik negosiasi seperti itu membuat Kolaliandri bisa mendapat harga bagus.
Kolaliandri tidak menampik kemungkinan pembajakan atau penjiplakan produk yang laris manis di pasar. Dia menyikapinya dengan berupaya menjaga kualitas produk yang dipasarkan.
Serangkaian pengujian dilakukan sebagai cara untuk menjamin produk tersebut berfungsi dan aman digunakan konsumen. Tak lupa, Kolaliandri berpesan melalui tulisan agar konsumen turut membantunya.
Pesan yang ia tulis, ”Bantu kami membenahi setiap kekurangan karya tangan kami ini dengan memberikan kritik dan saran agar kami dapat membenahi kekurangan kami dan membuat karya tangan kami ini lebih baik ke depan. Dan, besar harapan kami, karya tangan kami ini dapat bersaing di kancah internasional. Kami, Generasi Emas Indonesia.”
Bertahap
Nada keluguan dan keterbukaan seperti terbaca pada lembaran panduan di kemasan. Rumusannya santai, jauh dari kesan formal. Misalnya, tips penggunaan agar umur mesin bisa lebih dari 1 tahun. ”Usahakan adaptor jauh dari percikan air. (Tipsnya hanya 1 saja, karena mesin kami sangat bandel dan memiliki ketahanan tinggi. Jika Anda punya tips lainnya, share tips-nya di ulasan produk yaa),” tulis Kolaliandri.
Ia menuturkan, perjalanan bisnisnya berlangsung setahap demi setahap. Penambahan karyawan, di bagian produksi dan administrasi, merupakan konsekuensi logis seiring dengan tuntutan bisnis penjualan daring. Kolaliandri menyadari, sebagai pebisnis daring, jangan sampai terlalu lama membalas percakapan melalui gawai. Konsumen selalu ingin cepat dibalas.
Alhasil, fokus pada kualitas produk dan kenyamanan konsumen menjadi bagian dari upaya Kolaliandri merintis dan mengembangkan bisnis. Selain mengelola penjualan mesin cuci motor, dia pun mulai menyiapkan diri memasarkan jeruk hasil kebun orangtuanya.
Sama halnya dengan di bisnis awal, Kolaliandri menggagas serangkaian ide untuk mengembangkan pemasaran jeruk itu. Peluang selalu ada, tinggal kejelian untuk membidik dan menggarapnya.