NUSA DUA, KOMPAS — International Finance Corporation (IFC), lembaga anggota Bank Dunia, menerbitkan Green Komodo Bond dalam denominasi rupiah. Terbitnya obligasi ini berhasil menarik permintaan sebanyak Rp 2 triliun atau 134 juta dollar Amerika Serikat (AS).
Surat utang tersebut dikeluarkan untuk membiayai infrastruktur dan proyek-proyek lain yang berorientasi pada penanganan perubahan iklim. Obligasi hijau bertenor lima tahun ini akan terdaftar di Bursa Efek London dan Bursa Efek Singapura.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Kompas, Senin (8/10/2018), Wakil Presiden IFC untuk Asia-Pasifik Nena Stoiljkovic menilai penerbitan Green Komodo Bond ini memungkinkan kami untuk memobilisasi pendanaan internasional ke dalam proyek-proyek ramah iklim di Indonesia.
”Kami ingin mereplikasi dan meningkatkan model ini untuk mengatasi tantangan iklim di Asia-Pasifik,” ujarnya.
Green Komodo Bond akan mulai diterbitkan pada 9 Oktober 2018, dan akan jatuh tempo pada 9 Oktober 2023.
Wakil Presiden dan Bendahara IFC Jingdong Hua mengatakan, Green Komodo Bond dalam rupiah untuk investasi dalam hal iklim ini bertujuan agar sektor swasta bisa lebih mengelola risiko mata uang asing melalui mata uang lokal. Sembari juga mengembangkan bisnis yang ramah terhadap iklim.
Investor bereaksi positif terhadap transaksi Green Komodo Bond. Dia menilai, dengan adanya volatilitas saat ini di pasar negara berkembang, kelebihan permintaan transaksi dari obligasi ini merupakan pencapaian yang baik.
Kepala Global, Pasar Kredit, Standard Chartered Bank, Henrik Raber menilai
respons yang kuat dari investor atas transaksi IFC menunjukkan meningkatnya fokus dan pentingnya komunitas investor global dalam mendukung solusi pembiayaan berkelanjutan guna membantu mengatasi perubahan iklim.
Sejak meluncurkan program obligasi hijau, IFC telah berhasil mengumpulkan miliaran dolar untuk energi bersih, kota-kota pintar iklim, bangunan berwawasan lingkungan (green building) dan keuangan berwawasan lingkungan (green finance).
Selain itu, IFC juga memperluas cakupan investor dari obligasi hijau dengan menggunakan denominasi mata uang baru untuk meningkatkan kesadaran investor dunia akan obligasi hijau sehingga dapat menambah basis investor baru.