Indonesia tengah membangun dan menumbuhkan perekonomian. Namun, realitasnya, pembiayaan pembangunan tidak dapat hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan kredit perbankan. Pembiayaan melalui investasi langsung maupun tidak langsung juga diperlukan.
Di tengah tekanan global yang masih tinggi, pemerintah terus berupaya memperbaiki transaksi modal dan finansial yang saat ini sedang merosot. Transaksi modal dan finansial terdiri dari investasi langsung, portofolio, dan investasi lain.
Demi upaya perbaikan itu, diperlukan diversifikasi instrumen investasi untuk menarik kembali modal asing. Dengan cara itu, transaksi modal dan finansial dapat menutup defisit transkasi berjalan Indonesia.
Pada triwulan II-2018, defisit transaksi berjalan Indonesia sebesar 8 miliar dollar AS atau 3,04 persen produk domestik bruto (PDB). Sementara, transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2018 hanya setengahnya, yakni 4 miliar dollar AS.
Dalam Pertemuan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018, Indonesia berupaya memperkenalkan potensi dan menawarkan peluang investasi langsung. Tidak hanya itu, salah satu lembaga keuangan anggota Bank Dunia turut menerbitkan obligasi bercitra Indonesia, sebagai model percontohan obligasi hijau di Asia-Pasifik.
International Finance Corporation (IFC), lembaga anggota Bank Dunia, menerbitkan Green Komodo Bond dalam denominasi rupiah. Obligasi itu berhasil menarik permintaan sebesar Rp 2 triliun atau 134 juta dollar AS. Surat utang tersebut diterbitkan untuk membiayai infrastruktur dan proyek-proyek lain yang berorientasi pada penanganan perubahan iklim. Obligasi hijau bertenor lima tahun ini akan terdaftar di Bursa Efek London dan Bursa Efek Singapura, yang mulai diterbitkan pada 9 Oktober 2018. Adapun jatuh temponya pada 9 Oktober 2023.
Dalam keterangan resminya, Wakil Presiden IFC untuk Asia-Pasifik Nena Stoiljkovic, menyebutkan, penerbitan Green Komodo Bond itu memungkinkan mobilisasi pendanaan internasional untuk proyek-proyek ramah iklim di Indonesia. IFC berencana mereplikasi dan meningkatkan model obligasi ini untuk mengatasi tantangan iklim di Asia-Pasifik.
Penerbitan Green Komodo Bond dalam rupiah itu juga bertujuan agar sektor swasta bisa lebih mengelola risiko mata uang asing melalui mata uang lokal. Apalagi, di tengah kondisi ketidakpastian perekonomian dan keuangan global seperti saat ini, obligasi dalam rupiah sangat dibutuhkan untuk mengurangi tekanan atau volatilitas nilai tukar rupiah.
Memang, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tertekan sejak awal tahun ini. Nilai tukar berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate sebesar Rp 13.542 per dollar AS pada 2 Januari 2018, yang merosot menjadi Rp 15.193 per dollar AS pada 8 Oktober 2018.
Upaya menarik investasi langsung juga dilakukan. Mengambil momentum Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali, Indonesia menawarkan investasi langsung sebesar Rp 200 triliun di 21 BUMN.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengkoordinasikan kesepakatan investasi tersebut dalam acara Indonesia Investment Forum (IIF) 2018. Forum bertema “A New Paradigm in Infrastruktur Financing” itu diinisiasi Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian BUMN.
Mengutip Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas, IIF 2018 sangat penting untuk menciptakan sinergi antara investor, pemangku kepentingan, dan berbagai peluang investasi yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari 21 proyek BUMN itu, sekitar 95 persen di antaranya merupakan investasi langsung dari luar negeri.
Kendati terus mengembangkan diversifikasi pembiayaan dan meningkatkan surplus transaksi modal dan finansial, Indonesia masih perlu memperbaiki berbagai hambatan investasi. Sejumlah hambatan investasi itu antara lain masalah kontrak kerja, tumpang tindih aturan, dan jaminan keamanan. Meski Indonesia mendapat peringkat layak investasi, investor tetap selektif. Apalagi di tengah kondisi global yang tengah bergejolak, banyak negara berkembang lain yang juga berupaya menarik investasi untuk menumbuhkan perekonomian. (HENDRIYO WIDI/DIMAS WARADITYA NUGRAHA)