Mengupayakan Peran Investor Domestik
Sampai saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada investor asing. Hal ini antara lain tecermin dari arus transaksi modal pada investasi portofolio dalam bentuk surat berharga negara.
Dampak ketergantungan terhadap investor asing itu cukup besar. Kendati berkali-kali pemerintah menegaskan fundamen Indonesia cukup solid, tekanan di pasar obligasi Indonesia masih dalam dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan regional.
Oleh karena itu, ada pilihan yang bisa diambil, yakni menambah basis investor domestik. Apalagi, jika investor domestik bisa mendominasi pasar.
Ajakan terhadap seluruh masyarakat Indonesia untuk mulai berinvestasi pada instrumen surat berharga negara (SBN) kian mendesak. Pasar keuangan tak bisa terus-menerus bergantung pada investor asing yang dengan mudahnya keluar-masuk saat gejolak eksternal merebak, seperti yang belakangan terjadi.
Hingga kini, porsi asing mencapai 37,12 persen dari total outstanding SBN dan menjadi pengendali pergerakan SBN. Setiap langkah yang diambil investor asing kerap diikuti investor lokal sehingga faktor eksternal menjadi penentu utama gerak pasar SBN domestik.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengatakan, fokus pemerintah kini memperdalam basis investor domestik, terutama dari kalangan ritel. Pihaknya sadar, upaya untuk memperdalam basis investor ritel jauh lebih mahal dan memakan waktu, sedangkan dana yang dikumpulkan relatif kecil.
Padahal, dalam sehari lelang pemerintah bisa mendulang minat investor institusi hingga di atas Rp 50 triliun.
”Penguatan investor ritel adalah jawaban untuk menjamin stabilitas sistem keuangan nasional pada masa mendatang,” kata Loto, seusai peluncuran obligasi ritel Indonesia seri ORI015 di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pekan lalu.
Menurut dia, investor ritel, kendati dengan porsi investasi yang relatif kecil, akan bertahan ketika terjadi gejolak di pasar. Mereka dianggap tidak terburu-buru meninggalkan pasar ketika pasar melemah, seperti yang dilakukan investor institusi.
”Investor ritel bisa bertahan tanpa cut loss. Harusnya ini bisa meredam kondisi tekanan jual ketika pasar domestik dalam keadaan tertekan. Kekuatan investor ritel domestik bisa menjadi stabilisator pasar kita,” ujarnya.
Tahun ini, alokasi SBN ritel masih relatif kecil, yakni sekitar 4 persen dari penerbitan SBN sebesar Rp 846,4 triliun atau sekitar Rp 33,8 triliun. Sebagai jalan tengah, pemerintah memperbanyak seri SBN hingga lima seri.
”Sebanyak tiga seri sudah diemisikan tahun ini dengan perolehan dana Rp 17,69 triliun, yakni satu seri sukuk ritel dan dua seri SBR (saving bond retail) dalam jaringan,” kata Loto.
Dua seri lagi yakni obligasi ritel Indonesia seri ORI015 mulai dipasarkan dan sukuk tabungan mulai dipasarkan pada November. Dari dua seri itu, target Rp 33,8 triliun bisa terlewati sehingga mengurangi porsi penerbitan dari lelang rutin.
Dengan cara-cara ini, basis investor domestik diharapkan bisa bertambah.
Investor milenial
Keterlibatan investor dari kalangan milenial diharapkan memperdalam basis investor domestik. Untuk mempermudah akses investor milenial, pemerintah menurunkan kelipatan nominal investasi ritel pada SBN, dari Rp 5 juta menjadi Rp 1 juta.
Upaya lain, pemasarannya melalui platform dalam jaringan (daring). Pemasaran daring dinilai paling cocok dengan tren saat ini yang serba digital. Buktinya, jumlah investor ritel dari kalangan anak muda yang berinvestasi pada instrumen SBR daring seri SBR004 meningkat tajam.
Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan, volume pemesanan instrumen SBR004 mencapai Rp 7,32 triliun. Berdasarkan kelompok usia, instrumen SBR004 diminati investor kelahiran 1980-2000 atau berusia 18-38 tahun, yakni sebanyak 40,99 persen atau 8.717 investor.
Pada seri SBR003 pun, investor muda sudah dominan, yakni 44,61 persen dari total investor atau sekitar 3.409 investor.
Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, penawaran secara daring merupakan faktor utama kesuksesan penjualan SBR004.
”Hasilnya efektif dengan menurunkan minimum pemesanan Rp 1 juta. Menggandeng teknologi finansial untuk menjual juga merupakan terobosan luar biasa. Mereka bisa iklan di mana saja dan ini masif sekali,” katanya.
DJPPR juga melibatkan dua usaha rintisan bidang teknologi, yakni Investree dan Modalku. Selain itu, ada juga dua perusahaan efek khusus, yakni Bareksa dan Tanamduit.
Diversifikasi
Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan memperkirakan, dalam enam bulan mendatang tekanan pasar saham masih akan berlanjut. Bank sentral Amerika Serikat, The Fed, kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga pada akhir tahun ini dan tahun depan.
Ia berpendapat, Obligasi Ritel Indonesia merupakan pilihan yang masuk akal bagi investor yang selama ini hanya menempatkan dana pada deposito dan tabungan.
Sebelum menerbitkan ORI015, Kementerian Keuangan mengumumkan besaran kupon 8,25 persen. Kupon sebagai imbal hasil ini bersifat tetap untuk tiga tahun sesuai tenornya. Kupon ini jelas sangat menarik dibandingkan dengan suku bunga deposito yang masih di bawah 6 persen atau imbal hasil indeks harga saham gabungan yang per Senin (8/10/2018) minus 9,36 persen.
Investor, kata Alfred, perlu mencoba strategi diversifikasi portofolio saham dan obligasi.
Kembali ke fakta semula, yakni kebergantungan pasar keuangan negara terhadap investor asing yang masih tinggi. Kendati sentimen arus modal keluar menuju Amerika Serikat sedang sangat kuat, diyakini kondisi ini akan menemui titik jenuh. Dengan kata lain, mengutip Alfred, akan ada titik balik saat investor asing kembali membeli aset-aset keuangan di negara-negara berkembang yang harganya relatif murah.
Namun, lagi-lagi, kondisi fundamen perekonomian negara berperan sebagai daya tarik investasi, baik investasi langsung maupun portofolio. Investor asing akan melihat parameter tersebut sebagai pertimbangan utama untuk masuk, bertahan, atau keluar dari pasar keuangan suatu negara.
Jika sudah demikian, daya tarik mesti ditingkatkan untuk membuat investor bertahan, sekaligus memperluas basis investor domestik.