NUSA DUA, KOMPAS--Penguatan dollar AS terhadap rupiah dapat menjadi peluang untuk mendongkrak kinerja ekspor. Peningkatan ekspor dapat menyasar negara-negara tujuan ekspor tradisional maupun tujuan baru.
Pelaku industri menghadapi pelemahan rupiah dengan mengefisienkan produksi. Meski demikian, gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diharapkan tidak terlalu tajam.
Nilai tukar berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate sebesar Rp 15.233 per dollar AS, Selasa (9/10/2018). Nilai tukar ini adalah posisi terlemah baru sejak awal tahun yang sebesar Rp 13.542 per dollar AS. Dengan demikian, sejak awal tahun, rupiah terdepresiasi 12,48 persen.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menganggap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih dalam koridor fundamennya. BI memiliki tugas untuk menjaga stabilitas nilai tukar dengan berbagai instrumen kebijakan moneter.
Pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi sentimen global, terutama perkembangan ekonomi Amerika Serikat. Adapun dari sisi internal, defisit transaksi berjalan masih menghambat penguatan rupiah.
"Nilai tukar rupiah saat ini relatif. Pergerakan rupiah cukup dinamis. Intinya, kita lihat masih dalam batas fundamen kita," ujar Dody di Nusa Dua, Bali, Selasa.
Target naik
Perum Perikanan Indonesia menargetkan ekspor perikanan tahun ini naik 736,14 persen, dari 83 ton pada 2017 menjadi 694 ton. Peningkatan ekspor digenjot di tengah pelemahan rupiah terhadap dollar AS.
Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda menyampaikan, negara tujuan ekspor utama tahun ini adalah Amerika Serikat, China, Eropa, Jepang, dan Vietnam. ”Komitmen kami menambah devisa dari ekspor produk perikanan,” katanya.
Sekretaris Perusahaan Perum Perindo Agung Pamujo menambahkan, nilai ekspor tahun ini ditargetkan 6,82 juta dollar AS. Lonjakan ekspor antara lain dari kontrak baru, di antaranya ke Amerika Serikat dan Jepang.
Sampai dengan September 2018, realisasi ekspor Perum Perindo 392,3 ton atau senilai 4,89 juta dollar AS. Komoditas andalannya berupa ikan laut, antara lain mahi-mahi, kerapu, gurita, kakap, dan tuna. Ikan diekspor dalam bentuk beku dan olahan.
Secara terpisah, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia Soelaeman Soemawinata, mengatakan, pelemahan rupiah perlu disikapi positif, yakni berinovasi dalam proyek properti. Caranya, antara lain mendorong pembangunan properti di sektor primer untuk tempat tinggal. “Supaya bisnis jalan, segmen menengah bawah yang butuh rumah masih menjadi pasar besar,” katanya.
Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (Aisi) Sigit Kumala menuturkan, harga produk dalam negeri menjadi kompetitif di pasar global, seiring pelemahan rupiah. Namun, sebagian pelaku industri menghadapi kondisi sejumlah material produk yang masih harus diimpor.
"Secara umum, komponen lokal untuk sepeda motor relatif tinggi, mencapai 90 persen. Akan tetapi, untuk sepeda motor sport sekitar 60 persen yang impor karena skala ekonominya belum besar," kata Sigit.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja berpendapat, industri perbankan telah banyak belajar dari krisis ekonomi Asia 1997-1998. "Dalam mengelola dollar AS sudah lebih baik. Tidak ada yang spekulasi, tidak ada yang memberi pinjaman terlalu banyak dalam dollar AS," katanya. (DIM/LKT/CAS)