Penyuluh Berpotensi Jadi Ujung Tombak Pertanian 4.0
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Penyuluh dinilai menjadi ujung tombak dalam penerapan Pertanian 4.0 yang memanfaatkan teknologi digital berbasis internet. Chief Executive Officer PT Convergence Global Rinaldi Napitupulu di Jakarta, Selasa (9/10/2018), berharap manfaat aplikasi Algriz bisa dinikmati oleh petani melalui peran penyuluh.
Sebanyak 40.000 tenaga penyuluh pertanian nasional disasar. “Kami menganggap penyuluh pertanian dapat menjadi ujung tombak pemanfaatan teknologi pertanian 4.0. Salah satunya, menjembatani petani yang menjadi mitra penyuluh dalam memanfaatkan Algriz,” tambahCo-founder Algriz Irfan Nugroho dalam jumpa pers di Jakarta.
Algriz merupakan aplikasi yang dapat memberikan akses pasar dari petani ke konsumen. Penyuluh berperan dalam mengunggah data hasil panen yang akan dijual petani.
Munculnya Algriz dilatarbelakangi oleh panjangnya rantai pasok komoditas pertanian dari petani hingga konsumen. “Beda jarak 15 kilometer saja dari petani, harganya sudah berkisar 2-3 kali lipat. Di sini, tenaga penyuluh memiliki legitimasi akademik untuk memberikan nilai tambah pada petani,” ujar Irfan.
Meski tidak ada insentif langsung, Irfan berpendapat, nilai tambah ekonomi dari komoditas yang dijual petani dapat menjadi magnet Algriz bagi penyuluh. Dia juga akan mengadakan kompetisi di antara penyuluh untuk meningkatkan gairah dalam menjembatani petani.
Rencananya, Algriz akan diluncurkan pada Desember 2018. Sebagai proyek percobaan, Algriz akan diterapkan terlebih dahulu di Banyuwangi, Jawa Timur.
Saat ini, pendanaan untuk Algriz tengah diperkuat. Irfan menambahkan, pihaknya juga sedang menjalin kemitraan dengan pasar-pasar tradisional hingga ritel modern untuk kepastian sasaran penjualan atau hilir. Di sisi hulu, kerja sama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian tengah dijajaki.
Secara umum, Akademisi IPMI International Business School Roy H M Sembel berpendapat, salah satu ciri penerapan teknologi 4.0 terdapat pada efisiensi yang mengakibatkan penurunan biaya interaksi. “Teknologi informasi dapat menerobos rantai pasok dan aliran keuangan. Produsen dan konsumen dapat semakin mudah bertemu melalui suatu platform, misalnya aplikasi,” katanya dalam kesempatan yang sama.