SERANG, KOMPAS – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan membuat profit industri makanan dan minuman tergerus. Pemerintah diharapkan mengatasi pelemahan tersebut dan meninjau berbagai regulasi yang memberatkan pengusaha.
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi Lukman di sela Peletakan Batu Pertama Modern Halal Valley di Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten, Rabu (10/10/2018), profit industri itu pada tahun 2018 diperkirakan menurun 3-5 persen dibandingkan 2017.
Meski demikian, nilai penjualan makanan dan minuman diperkirakan tetap meningkat 8-9 persen dengan perbandingan waktu yang sama. “Sebagian besar Industri kecil umumnya sudah menaikkan harga produk masing-masing. Daya tahan industri kecil sangat lemah,” katanya.
Modal kerja dan stok produk industri tersebut sangat kecil. Begitu bahan baku semakin mahal, industri itu langsung menaikkan harga produknya. “Industri besar belum menaikkan harga produknya tapi kalau nilai tukar dollar AS tak berubah, tahun depan menjadi tantangan,” katanya.
Harga produk industri besar bisa saja dinaikkan pada tahun 2019. Pemerintah diminta menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. “Kami harap pemerintah membahas regulasi-regulasi agar tak menghambat dan mengurangi biaya sebagai kompensasi pelemahan nilai tukar rupiah,” ucapnya.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.