NUSA DUA, KOMPAS — Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mempromosikan ekonomi berbagi atau sharing economy yang digalakkan Go-Jek di sela-sela perhelatan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018, Kamis (11/10/2018) di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali. Melalui aneka bentuk ekonomi berbagi, Go-Jek dinilai inovatif dan solutif mengatasi kesenjangan ekonomi sosial di Indonesia.
Sebagai ilustrasi, dia mengutip salah satu riset dari Universitas Indonesia. Isi riset menyebutkan, produk Go-Jek berupa Go-Send (pengiriman barang), dan Go-Car (pemesanan angkutan umum berupa mobil) berhasil menciptakan lebih dari 1,5 juta pekerjaan. Kemudian, aplikasi sistem pembayaran Go-Pay telah menghasilkan inklusi keuangan kepada lebih dari 250.000 mitra pedagang.
Go-Jek sekarang berkembang menjadi aplikasi gaya hidup. Segala kebutuhan hidup sehari-hari coba diciptakan solusinya oleh Go-Jek. Setiap solusi menggunakan model bisnis ekonomi berbagi.
Rudiantara lantas menceritakan aplikasi pemesanan makanan Go-Food. Sejumlah pengusaha kuliner bertaraf UMKM terbantu oleh kehadiran fitur itu, semisal pangsa pasar dan omzet bertambah. Selain itu, mereka juga tidak perlu membuka gerai fisik sehingga lebih efisien biaya operasional.
”Saya memahami ekonomi berbagi sebagai salah satu cara mengatasi (unlocking) kesenjangan yang dialami warga,” ujarnya.
Pada saat bersamaan, partner PwC, Shaun Ryan, menekankan pentingnya kebijakan pemerintah dalam adopsi teknologi digital untuk pembangunan yang inklusif. Dengan kata lain, dia ingin mengatakan, pemerintah tidak bisa serta-merta menyerahkan pencapaian pembangunan kepada swasta.
Kebijakan pertama adalah mempromosikan investasi infrastruktur teknologi informasi komunikasi, diikuti pembuatan regulasi yang menyeluruh ke ekosistem industri digital.
”Pemerintah juga semestinya mengembangkan sistem pemerintahan secara elektronik atau e-government sebagai upaya contoh mengimplementasikan teknologi digital untuk mendukung pemerataan,” ujarnya.