Pelatihan Wirausaha Go-Jek dan Muslimat NU di Banyumas
Oleh
Megandika Wicaksono
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Perusahaan transportasi daring Go-Jek bersama Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama dan Forum Corporate Social Responsibility Satria Kabupaten Banyumas menggelar pelatihan bagi 200 pelaku usaha. Melalui pelatihan Go-Jek Wirausaha, pelaku usaha didorong memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan skala bisnis serta memperluas pasar.
”Go-Jek memiliki ilmu dan teknologi. Warga memiliki kegiatan usaha. Ini bisa dipadukan sehingga menghasilkan nilai tambah, lebih efisien dan efektif,” kata Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Banyumas Didi Rudwianto, Jumat (12/10/2018), saat membuka pelatihan di Purwokerto.
Didi menyampaikan, melalui pelatihan kewirausahaan dan pemanfaatan teknologi, diharapkan pelaku usaha dapat menata manajemen dengan lebih baik dan mempercepat kemajuan usahanya. ”Ini untuk meningkatkan kesejahteraan lewat ekonomi kreatif,” lanjutnya.
City Head Go-Jek Purwokerto Imam Lazuardi menyebutkan, Go-Jek Wirausaha merupakan program pelatihan berbisnis bagi pelaku usaha UMKM dalam bentuk kelas tatap muka. Purwokerto merupakan kota ketiga tempat pelatihan dari sebelumnya Kota Depok dan Tangerang Selatan.
Go-Jek Wirausaha merupakan program pelatihan berbisnis bagi pelaku usaha UMKM dalam bentuk kelas tatap muka.
Senior Vice President Central Region Go-Jek Delly Nugraha mengatakan, perusahaannya berkomitmen meningkatkan perekonomian di Purwokerto melalui pelatihan bukan hanya bagi pelaku UMKM, melainkan juga calon wirausaha mandiri agar dapat lebih maju.
Materi pelatihan antara lain perencanaan bisnis, pengelolaan keuangan, dan mentalitas. Peserta pelatihan yang sudah memiliki bisnis dapat langsung mendaftarkan usahanya ke platform Go-Food dan Go-Pay. Tujuannya, agar pelaku UMKM dapat langsung memasarkan, menjual, dan mengembangkan usahanya secara digital.
Ketua Harian IV Pengurus Pusat Muslimat NU Siti Aniroh Slamet Effendy menyebutkan, PP Muslimat NU selama ini telah mengembangkan banyak jaringan koperasi dan melahirkan usaha ekonomi produktif, tetapi masih perlu bimbingan bagaimana berbisnis yang baik. ”Orang punya barang, tapi tidak bisa menjual karena, misalnya, tidak punya toko,” ujar Aniroh.