Sumber Daya Manusia Jadi Penopang
NUSA DUA, KOMPAS--Kompetensi sumber daya manusia mendesak ditingkatkan agar industri perdagangan secara elektronik atau e-dagang Indonesia tidak tertinggal dari negara lain. Pemerintah mengupayakan pelatihan vokasi dengan cara menggandeng perusahaan teknologi dan universitas.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi digital yang kian positif, Indonesia memerlukan banyak pekerja kompeten.
"Peningkatan kompetensi sumber daya manusia dilakukan bersama swasta. Kami dan Jack Ma sepakat dengan keinginan itu, sehingga kami tawarkan proposal kerja sama model pelatihan," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Nusa Dua, Bali, Sabtu (13/10/2018).
Darmin menyampaikan salah satu hasil pertemuan Komite Pengarah Pelaksanaan Peta Jalan Sistem E-dagang dengan pendiri Alibaba Group Jack Ma, Sabtu. Acara itu digelar dalam rangkaian Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018.
Anggota Komite Pengarah Pelaksanaan Peta Jalan Sistem E-dagang yang juga hadir adalah Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Rudiantara menyampaikan, Kementerian Kominfo telah memiliki program beasiswa pelatihan bagi pekerja di bidang teknisi, yakni Digital Talent. Sebanyak 20 universitas dilibatkan dalam program itu.
Sejumlah perusahaan teknologi raksasa, seperti Microsoft, Amazon, dan Cisco, ikut berpartisipasi dalam program itu. Mereka mengembangkan kurikulum pelatihan teknis yang dibutuhkan industri 4.0 atau industri yang banyak mengadopsi teknologi. Pelatihan itu antara lain mengenai analisis data raksasa, penyimpanan berbasis sistem komputasi awan, dan kecerdasan buatan.
Digital Talent digulirkan sejak September 2018. Sekitar 43.000 orang mendaftar, dengan 20.000 orang di antaranya lolos seleksi. Namun, Kementerian Kominfo hanya akan mengambil 1.000 orang. Pelatihan berlangsung maksimal dua bulan hingga akhir tahun ini. Peserta yang ikut pelatihan akan mendapat sertifikat, sehingga memudahkan mencari pekerjaan.
Perihal kerja sama dengan Jack Ma yang kini sedang dijajaki, kata Rudiantara, nantinya berupa pelatihan bagi orang-orang yang terlibat dalam perusahaan rintisan bidang teknologi dan usaha mikro kecil menengah. Materi pelatihan seputar pengetahuan industri e-dagang. Dengan demikian, akan terjadi akselerasi kompetensi.
Pemasaran
Dalam kesempatan itu, Darmin juga menyebutkan, selain tentang sumber daya manusia, materi yang juga dibahas dalam pertemuan komite itu di antaranya soal pemasaran produk Indonesia ke mancanegara. Pemasaran secara dalam jaringan (daring) itu terutama membidik pasar China.
Komite Pengarah Pelaksanaan Sistem E-Dagang dan Jack Ma telah menyepakati agar pemasaran daring itu bisa dilakukan mulai peringatan Single\'s Day pada 11 November.
Sebanyak lima jenis produk asli Indonesia, terutama karya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diikutkan dalam penjualan daring di platform e-dagang milik Alibaba Group. Pemilihan produk dilakukan sepenuhnya oleh tim yang dibentuk pemerintah Indonesia.
Jack Ma berharap, pengusaha e-dagang Indonesia yang terlibat dalam perayaan Single\'s Day bisa belajar dari kesuksesan pelaku daring China. Oleh karena itu, proyek uji coba itu sebaiknya tidak sekadar mengejar target nilai penjualan.
"Hal yang akan kami fokuskan adalah membantu barang Indonesia bisa menembus e-dagang lintas batas negara. Apabila ada kekurangan dalam proyek kali ini, kita bisa mengulanginya lagi pada perayaan Single\'s Day tahun depan," ujar Jack Ma, yang hadir sebagai penasihat Komite Pengarah Pelaksanaan Peta Jalan Sistem E-Dagang Indonesia.
Mengenai kerja sama peningkatan kompetensi sumber daya manusia, Jack Ma menyebutkan kemungkinan untuk menyelenggarakan Jack Ma Institute di Indonesia. Di negara asalnya, China, Jack Ma Institute telah melatih 1.000 orang eksekutif dan wirausaha setiap tahun.
Namun, dalam konteks Indonesia, Jack Ma mengaku, masih perlu mendiskusikan implementasi pelatihan itu dengan pemerintah Indonesia. "Ketika kapasitas atau kompetensi seseorang terkait digital bertambah, dia mampu berkompetensi dalam ekonomi digital," kata dia.
Jack Ma menambahkan, pihaknya akan menambah investasi di Indonesia. Selain e-dagang, investasi juga akan berupa teknologi penyimpanan data berbasis komputasi awan, infrastruktur internet, dan logistik.
Ekspor
Platform e-dagang global menjadi jalur untuk menembus pasar ekspor, terutama bagi pelaku UKM yang mencari akses pasar di luar negeri. Akan tetapi, manfaat platform ini bagi ekonomi inklusif tergantung dari kualitas sumber daya manusia.
Jack Ma menyampaikan, jalur tersebut menuntut kesiapan pelaku usaha. Kesiapan itu antara lain perihal kemampuan meningkatkan produksi dan skala bisnis yang bergantung pada kemampuan dan jumlah sumber daya manusia.
“Model binis e-dagang bisa diadaptasi ke negara mana pun karena modal utamanya bukan kualitas infrastruktur, melainkan sumber daya manusia,” ujarnya dalam diskusi ‘Disrupting Development: How Platforms and Innovation are Changing the Future of Developing Nations\' di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).
Diskusi dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 itu dipandu Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.
Jack Ma menilai, potensi pengembangan platform e-dagang di Afrika tinggi, meskipun infrastruktur, khususnya jaringan internet, belum sebaik kawasan lain. Selain memiliki jumlah pengguna telepon pintar yang tinggi, kualitas produk UKM di Afrika dinilai baik.
Jack Ma mengundang 1.000 wirausaha dari sejumlah negara di Afrika datang ke kantor pusat Alibaba Grup di Hangzhou, China. Mereka dilatih membangun sistem pemasaran serta melihat langsung rantai pasar, seperti membantu petani memasarkan produknya dari nol. “Tahun lalu saya ke Afrika. Saya terkejut karena mereka muda, energik, dan tidak kenal takut," katanya. (MED/DIM)