Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018 ditutup Minggu (14/10/2018). Selanjutnya, 36.000-an orang yang hadir di acara tersebut mulai meninggalkan Bali secara bergelombang. Pada 8-14 Oktober, mereka ikut terlibat dalam acara utama maupun acara sampingan, yang secara keseluruhan mencapai 2.500 pertemuan.
Sejumlah pengambil keputusan dan pimpinan lembaga bidang ekonomi dan keuangan dunia hadir di Nusa Dua, Bali. Mereka di antaranya Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Jerome Powell, dan pendiri Grup Alibaba Jack Ma.
Menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 189 negara anggota IMF-Bank Dunia hadir di Bali. Ada juga ekonom dan pimpinan korporasi hadir sebagai peserta berbagai pertemuan yang digelar di bawah sinar matahari Bali yang hangat.
Indonesia, sebagai tuan rumah, menyiapkan anggaran Rp 855 miliar untuk kegiatan itu. Sampai dengan akhir pekan lalu, anggaran yang terpakai Rp 566 miliar. Berdasarkan perhitungan di atas kertas, Indonesia akan mendapat sejumlah manfaat, di antaranya secara langsung dari kehadiran puluhan ribu orang selama 9 hari di Bali. Mereka akan mengeluarkan biaya untuk menginap, membeli makanan, berbelanja cinderamata, dan berwisata.
Adapun manfaat tak langsungnya, Indonesia disorot dunia, sehingga keberhasilan acara ini akan meningkatkan standar Indonesia di mata dunia. Dengan kata lain, Indonesia dinilai sanggup menyelenggarakan berbagai kegiatan internasional. Jika suatu kali menjadi penyelenggara kegiatan internasional lagi, tentunya standar yang digunakan lebih tinggi.
Dalam Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, Indonesia mengantongi investasi dan kesepakatan dalam berbagai proyek. PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), misalnya, berkolaborasi dengan French Development Agency mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, dengan komitmen 160 juta dollar AS atau Rp 2,4 triliun. Sebanyak 4 BUMN yang dikelola Kementerian Keuangan juga menyepakati delapan proyek yang akan dibiayai melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
Dalam pertemuan di Bali itu, prinsip dasar mengenai pengembangan teknologi finansial (tekfin) di dunia juga disepakati, berupa Piagam Tekfin Bali. Adapun pengembangan perekonomian dan keuangan syariah diinisiasi Indonesia, berupa peluncuran prinsip-prinsip atau standar internasional pemanfaatan dana sosial wakaf untuk pembiayaan.
Di tengah situasi perekonomian dan keuangan dunia yang diliputi ketidakpastian, Indonesia berupaya menggugah kesadaran seluruh negara yang hadir dalam pertemuan itu. Kesadaran, bahwa seluruh upaya mesti dilakukan bersama-sama demi menghadapi tantangan agar kebaikan dirasakan seluruh dunia. Tanpa kesadaran untuk bersama-sama dan bergandengan tangan, dunia bisa gagal menghadapi lanskap baru. Kesadaran ini digugah di Bali. (Dewi Indriastuti)