MAKASSAR, KOMPAS - Facebook Indonesia terus mendorong usaha kecil menengah (UKM) untuk memanfaatkan media sosial (medsos) sebagai sarana promosi pengembangan usaha. Tak hanya itu, pemerintah dan komunitas juga didorong memanfaatkan medsos sebagai sarana literasi digital untuk membangun kemampuan berpikir kritis.
Terkait hal ini, Facebook Indonesia menggelar kampanye bertajuk Laju Digital dengan mengadakan pelatihan secara gratis di beberapa kota. Di Makassar, Sulawesi Selatan, pelatihan dimulai sejak Kamis (18/10/2018) yang diikuti ratusan pengusaha kecil dan menengah. Perwakilan humas dan berbagai komunitas juga ikut serta dalam pelatihan ini.
“Kami ingin agar UKM dapat memanfaatkan media sosial untuk pengembangan usaha, melihat peluang pasar, dan belajar. Adapun bagi pemangku kepentingan, pemanfaatan medsos dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,” kata Ruben Hattari, Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia.
Menurut Ruben, Facebook mengadakan program pelatihan untuk membantu UKM menjangkau pelanggan baru. Riset yang dilakukan Morning Consult menunjukkan bahwa dua dari tiga UKM di Facebook membangun bisnis mereka di platform Facebook. Sementara 89 persen dari UKM di Facebook menyatakan bahwa Facebook membantu mereka untuk menarik perhatian pelanggan.
“Pengguna Facebook di seluruh dunia mencapai 2,2 miliar. Di Indonesia ada 110 juta pengguna, sebanyak 65 juta di antaranya mengakses Facebook sekali sehari. Ini adalah peluang pasar bagi UKM. Bagi pemerintah, ini juga peluang untuk mengkampanyekan program mereka,” kata Ruben.
Adapun dalam literasi digital untuk komunitas, Facebook mengajak kaum muda dan komunitas memanfaatkan media sosial untuk memilah dan menentukan layak tidaknya suatu konten, membangun empati, menangkal berita bohong, dan ajang membangun kesadaran bersama.
Di Makassar, salah satu komunitas sudah memanfaatkan Facebook untuk menolong warga bekas penderita kusta untuk meningkatkan kapasitas dan ekonomi.
Presiden Aksi Indonesia Muda Indonesia Sugandi mengatakan, bekas penderita kusta umumnya tersisih dalam kehidupan kemasyarakatan. Mereka tak mendapat kesempatan kerja dan ini juga terjadi pada keluarga mereka yang tak menderita kusta. Akhirnya, banyak yang memilih jadi pengemis.
"Kami coba masuk dengan memberi pendidikan dan keterampilan. Kami melakukan kampanye melalui Facebook untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk peduli,” kata Sugandi.
Kampanye untuk menggugah masyarakat bukan hanya membuka mata masyarakat tentang kehidupan bekas penderita, termasuk kekhawatiran bahwa masyarakat bisa tertular, tapi juga ke persoalan ekonomi. Hasil kerajinan bekas penderita kusta dijual melalui Facebook. Bahkan, empati juga tumbuh hingga komunitas Aksi Indonesia Muda membuat rumah baca.
Facebook juga mendorong lahirnya kota kreatif berbasis digital. Irwan Ade Saputra, deklarator Indonesia Creative Cities Network, mengatakan, saat ini ajang lomba kota kreatif dunia juga digelar.
“Untuk kota kreatif dunia kami ingin agar ide dan gagasan bisa mendapat nilai ekonomi. Puluhan kota di Indonesia ikut dalam ajang ini. Kami berharap lahir inovasi dan kreativitas dengan berbasis medsos dan memiliki nilai ekonomi," kata Irwan.