JAKARTA, KOMPAS--Industri asuransi di Indonesia fokus untuk meningkatkan pemahaman anak muda atau generasi milenial tentang asuransi. Terkait hal itu, Otoritas Jasa Keuangan mendorong pemanfaatan teknologi informasi agar industri asuransi bisa menjangkau semakin banyak anak muda.
Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi asuransi di Indonesia pada 2017 baru 15,76 persen. Angka ini lebih rendah dari survei pada 2013, yakni 17,84 persen. Artinya, dari 100 orang Indonesia, hanya 15-16 orang yang mengenal lembaga jasa keuangan asuransi.
Sementara, tingkat utilitas asuransi sekitar 12,08 persen, tidak banyak berubah dibandingkan dengan survei pada 2013 yang sebesar 11,81 persen. Dengan demikian, dari 100 orang, hanya 12 orang yang sudah menggunakan jasa asuransi.
“Penetrasi asuransi baru sekitar 6-7 persen. Jumlah ini terbilang kecil dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa. Yang memiliki asuransi baru 1,7 persen di antaranya,” kata Ketua Dewan Asuransi Indonesia Dadang Sukresna dalam jumpa pers Insurance Day 2018, Kamis (18/10/2018), di Jakarta.
Dalam memperingati Hari Asuransi 2018 atau Insurance Day 2018, industri asuransi Indonesia fokus pada kegiatan literasi asuransi dan keuangan berupa seminar atau diskusi bagi generasi muda atau generasi milenial yang berusia antara 17 tahun sampai 35 tahun.
Ketua Panitia Insurance Day 2018, Yanti Parapat, mengatakan, diperkirakan, jumlah generasi Y mencapai 30,1 persen dari total penduduk Indonesia. Mereka menjadi fokus industri asuransi selain karena jumlahnya yang besar, mereka akan menjadi kekuatan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Deputi Komisioner OJK Bidang Pengawasan Industri Keuangan Non Bank II, M Ichsanuddin, meminta agar teknologi informasi digunakan dalam memasarkan produk asuransi. Pemahaman soal asuransi mesti terus diberikan sampai masyarakat dengan sadar untuk berasuransi. (NAD)