Baru 11 Persen Pelaku Usaha Memiliki Hak Kekayaan Intelektual
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sebagian besar pelaku ekonomi kreatif belum memiliki hak kekayaan intelektual karena tingkat kesadaran yang rendah. Hak itu penting diperoleh guna melindungi dan mencegah produk ciptaan digunakan pelaku usaha lain.
Immanuel Rano Hasadungan Roni, Kepala Sub Direktorat Pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual Bekraf, Selasa (23/10/2018) di Jakarta, mengatakan, dari sekitar 8,2 juta pelaku ekonomi kreatif, hanya 11,05 persen memiliki hak kekayaan intelektual (HKI).
"Kesadaran tentang pentingnya HKI masih kecil. Hak itu belum dianggap penting untuk sebagian besar pelaku karena mereka belum pernah kena kasus," ucapnya.
Ia menekankan, perlindungan produk ciptaan diberikan kepada pelaku yang mendaftarkan produk itu pertama kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, bukan kepada pencipta yang pertama kali menciptakan produk itu.
Tiga sektor dengan tingkat kepemilikan HKI tertinggi adalah film/animasi/video (21,08 persen), kuliner (19,75 persen), dan televisi/radio (16,59 persen).
Untuk meningkatkan kepemilikan HKI, Bekraf memfasilitas proses pendaftaran HKI di Kemenkumham serta biayanya yang berkisar antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Bantuan itu dapat diakses pelaku usaha yang bidangnya termasuk dalam 16 subsektor ekonomi kreatif yang ditangani Bekraf dan telah berpartisipasi dalam kegiatan Bekraf. Informasi lebih detil tentang proses pendaftaran HKI dapat ditemukan di aplikasi BIIMA.
Pada 2016-2018, Bekraf telah membantu sekitar 5.000 pelaku usaha memperoleh HKI-nya. Sebanyak 95 persen di antaranya berkaitan dengan hak merek. Sisanya adalah hak desain dan hak paten.
Literasi digital
Selain pemahaman tentang HKI, literasi digital atau cara mendapatkan dan menggunakan informasi melalui platform daring secara bijaksana, merupakan faktor lain yang diperhatikan dalam mengembangkan ekonomi kreatif.
"Dengan menyediakan teknologi 4G LTE, pengguna dapat memperoleh pengetahuan dengan lancar dan tanpa keterbatasan koneksi," kata Chief of Brand Smartfren Roberto Saputra. Untuk mendorong literasi digital, pihaknya menggelar program edukasi digital yang merupakan bagian dari kegiatan Roadshow #GoUnlimited.
Dalam program itu, peserta di antaranya ditunjukkan situs apa saja yang dapat dikunjungi untuk mengunduh buku digital. Kegiatan itu digelar pada Oktober 2018 hingga Desember 2018 di Blitar, Kediri, Purwokerto, Salatiga, Purwakarta, dan Subang.
"Kami dorong potensi kreativitas di kota-kota kecil karena kami yakin potensi pertumbuhannya ke depan besar," tambah Roberto.