Pelemahan Rupiah Mulai Pengaruhi Sektor Manufaktur
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terjadi sepanjang tahun 2018 mulai memengaruhi sektor manufaktur. Pelaku usaha mulai memikirkan strategi inovasi untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
Chief Engineering ExxonMobil Lubricants Indonesia Lukman Hakim dalam diskusi General Manufacturing Seminar di Jakarta, Rabu (24/10/2018), mengatakan, strategi efisiensi mulai diterapkan oleh perusahaan pelumas tersebut.
“Contohnya adalah membuat produk pelumas yang tahan digunakan untuk selama setahun bagi perusahaan manufaktur. Selama ini, pelumas yang digunakan biasanya berlaku dalam jangka waktu enam bulan,” tutur Lukman.
Presiden Direktur ExxonMobil Lubricants Indonesia Syah Reza menambahkan, inovasi tersebut merupakan salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur di tengah ketidakpastian perekonomian global.
“Selain itu, ini merupakan salah satu cara untuk mendukung agenda pemerintah menuju Making Indonesia 4.0,” ucapnya.
Secara umum, lanjut Syah, biaya untuk pelumas memiliki bagian sebesar 2-3 persen dari pengeluaran operasional perusahaan manufaktur. Kendati kecil, jumlah tersebut masih memberikan dampak yang signifikan dalam keuangan perusahaan.
Nilai tukar rupiah, saat ini terus melemah sehingga perusahaan kesulitan untuk menetapkan harga komoditas dan operasional yang ideal. Namun, ia tetap optimistis masa depan industri manufaktur masih berpotensi besar untuk berkembang.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp 15,193 per dollar AS (24/10). Sepanjang 2018, rupiah telah menyentuh kisaran Rp 15.000 sejak awal Oktober 2018.