JAKARTA, KOMPAS - Pertumbuhan industri pariwisata yang sangat pesat harus terus diimbangi dengan kelengkapan fasilitas untuk pariwisata. Shelter, yang merupakan fasilitas perlindungan sementara bagi petualang atau wisatawan dari cuaca buruk atau bahaya, khususnya untuk situasi darurat, masih belum mendapat perhatian lebih.
"Sejatinya, fasilitas pada setiap destinasi ditujukan untuk kenyamanan dan keamanan wisatawan dari segala kondisi. Pada destinasi wisata petualangan, shelter menjadi fasilitas yang sangat penting," kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman di sela-sela acara Penghargaan Pesona Desain Shelter 2018 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Dikatakan Dadang, shelter juga merupakan sarana informasi dan edukasi mengenai kawasan, lingkungan, maupun kondisi gawat darurat. Serta dengan adanya shelter akan mengurangi dampak lingkungan dengan memusatkan kegiatan manusia di area tertentu. Sementara daerah lain dibiarkan tetap asri.
"Pada dasarnya, shelter ini juga bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna karena berperan dalam menjaga kebersihan kawasan," kata Dadang.
Kementerian Pariwisata terus mendorong pengembangan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan yang ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 dengan meningkatkan atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Shelter termasuk di kategori amenitas.
"Kami di Bidang Pengembangan Destinasi Wisata menggelar kegiatan Lomba Pesona Desain Shelter 2018 untuk mendapatkan rancangan shelter terbaik untuk dikembangkan di destinasi wisata," ujar dia.
Kegiatan Lomba Pesona Desain Shelter 2018 diikuti oleh 474 peserta dari 13 propinsi di Indonesia, dan pada hari ini telah terpilih peserta dengan desain-desain terbaik dari 4 kategori yaitu Arung Jeram, Dirgantara, Pendakian Gunung, dan Penelusuran Gua.
Dadang menjelaskan, sebagaimana lomba-lomba lainnya yang digelar Kementerian Pariwisata, para pemenang harus memegang teguh 3C yakni; Calibration, Confident, dan Credible.
"Kalibrasi tujuannya mengukur posisi kemampuan, lalu harus terus menambah level konfiden, artinya setelah shelter selanjutnya apa lagi yang menunjang amenitas. Dan tentunya tetap menjaga kredibel. Mudah-mudahan dengan 3C ini terus memajukan wisata petualangan di Indonesia," jelas Dadang.
Dia menambahkan, hasil dari kreasi para pemenang Lomba Pesona Desain Shelter 2018 ini, diharapkan akan dapat menjadi inspirasi bagi industri wisata petualangan dan entitas yang mengembangkan pariwisata petualangan di Indonesia, termasuk pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan kualitas layanan wisata petualangan Indonesia, sekaligus juga meningkatkan daya saing dengan destinasi wisata petualangan di negara lain yang lebih maju.
"Sebab peningkatan brand Wonderful Indonesia dari 100-an ke peringkat ke-47 merupakan bukti keberhasilan upaya meningkatkan visibility dan daya saing pariwisata secara global. Wisatawan mancanegara juga semakin percaya dengan potensi dan layanan wisata yang kita miliki; yang terbukti dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang meningkat dari 10,4 juta orang pada tahun 2015, menjadi 12 juta orang pada tahun 2016, dan tahun lalu mencapai 14 juta orang," urai Dadang.
Dari sisi devisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata juga meningkat hingga mencapai 12,5 juta dollar AS. Perkembangan pariwisata dunia juga sangat menjanjikan dengan potensi perjalanan turis global yang dapat mencapai 1,8 miliar perjalanan pada tahun 2030 menurut UNWTO (United Nation World Tourism Organization).
Untuk meningkatkan partisipasi sektor wisata dalam perekonomian, Dadang mengajak semua pihak untuk memastikan bahwa setiap wisatawan mendapat pengalaman yang berkesan dari setiap destinasi wisata petualangan yang dikunjunginya.
"Semua faktor yang menghasilkan kesan baik tersebut membutuhkan adanya keseriusan dalam membangun destinasi yang baik, setidaknya pada aspek-aspek aksesibilitas, amenitas dan atraksi pariwisata," jelas Dadang.
Menurut Dadang, langkah-langkah pengembangan destinasi perlu direncanakan dengan baik, dilaksanakan secara sistematis dan terintegrasi, untuk kemudian hasilnya dikelola dengan baik. Dampak yang dihasilkan tentu akan sangat signifikan, dan mungkin akan lebih tinggi dari hitungan World Travel and Tourism Council (WTTC) bahwa setiap 1 juta dollar AS pengeluaran dalam perjalanan dan pariwisata di Indonesia dapat mendukung penciptaan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,7 juta dollar AS dan sekitar 200 pekerjaan.
Oleh karena itu, selain menggelar sejumlah lomba yang salah satunya adalah Pesona Desain Shelter 2018, Kementerian Pariwisata juga mendeklarasikan Badan Pengurus Indonesia Adventure Travel Trade Association Periode 2017 – 2021, organisasi yang mewadahi pemangku kepentingan dalam industri wisata petualangan yang di bentuk 10 November 2017.
"Adanya kolaborasi dan partnership diantara pemangku kepentingan pariwisata petualangan diharapkan akan dapat membawa percepatan pada pengembangan wisata petualangan di waktu yang akan datang," tegas Dadang.
Salah satu langkah percepatan menurut Dadang adalah mengajak para pelaku pariwisata untuk berdiskusi terkait regulasi. Terutama regulasi di tingkat daerah, apa saja yang menurut asosiasi pariwisata menjadi faktor penghambat dan pendorong usaha wisata.
"Karena kita memang masih ada tantangan mulai di perizinan, pendaftaran di daerah. Mari kita bicarakan untuk juga deregulasi demi memajukan usaha pariwisata," tutup Dadang.