Digembleng Sebelum Terbang
Penumpang adalah tamu yang mesti disambut hangat. Begitu kira-kira prinsip maskapai penerbangan dalam melayani para penumpang. Maka, seluruh awak kabin, terutama para pramugari, dituntut menerapkan semangat itu sebaik-baiknya.
Prinsip itu juga dipegang Singapore Airlines. Untuk mewujudkannya, maskapai ini menggembleng awak kabin di Singapore Airlines Training Center sebelum terbang.
Suatu siang beberapa waktu lalu, sejumlah pramugari berkumpul di replika pesawat yang dirancang khusus di dalam ruangan. Wujudnya menyerupai kabin atau ruang penumpang dalam pesawat. Ada lorong, kursi-kursi, tempat menyimpan tas, partisi yang membagi ruangan, dan berbagai lampu.
Seorang instruktur memberi aba-aba. Lalu, satu pramugari -berseragam ungu dengan motif bunga keemasan- bergegas menyiapkan makanan. Pramugari itu mengambil kain putih bersih dari lemari dorong, yang dihamparkan dengan rapi di atas meja lipat di depan penumpang yang duduk. Dia meletakkan satu set peralatan makan -piring, sendok-garpu yang dibungkus serbet putih, mangkuk, gelas-, serta botol garam dan lada halus.
Menu makanan ditawarkan, dan “penumpang” (yang juga diperankan pramugari) mengangguk. Pramugari menyuguhkan menu di atas meja dan -sambil tersenyum kecil- mempersilakan penumpang menyantapnya. Semua itu dilakukan dengan lembut, cekatan, dan sopan.
Tiba giliran minum, pelatih -laki-laki berjas- memberi contoh. Dia mengambil dua botol anggur dan bertanya kepada penumpang, botol mana yang diinginkan. Penumpang terlihat ragu. Laki-laki itu lantas menjelaskan perbedaan dua merek anggur itu. Saat penumpang sudah menentukan pilihan, minuman itu dituangkan ke gelas.
Pelatih menjelaskan cara terbaik menyajikan makanan. Adegan dan penjelasan itu disimak saksama oleh sejumlah pramugari yang berdiri melingkar tak jauh dari situ.
“Penyajian makanan sangat penting bagi penumpang. Kami melatih setiap pramugari agar dapat menyajikan pelayanan yang nyaman bagi penumpang,” kata AM Cabin Crew Learning and Development Singapore Airlines, Foo Just Fang.
Dia menemani jurnalis dari sejumlah media, termasuk Kompas, untuk blusukan di pusat pelatihan itu.
Menu dan cara penyajian makanan disesuaikan dengan kelas masing-masing penumpang. Untuk kelas ekonomi, layanan cenderung simpel dan cepat. Peralatan makanan dari bahan plastik. Bagi kelas bisnis, servis lebih personal dan peralatannya dari keramik.
“Dalam praktiknya, kru mesti peka pada perasaan penumpang dan melayani semua kelas dengan baik,” lanjut Foo.
Kenyamanan
Tak melulu makanan, kenyamanan penumpang juga terkait dengan suasana kabin. Semakin tenang kondisinya, semakin nyaman bagi penumpang. Untuk rute-rute panjang, ketenangan sangat menentukan penumpang untuk dapat bersantai, beristirahat, atau tidur.
Untuk menciptakan atmosfer yang tenang, pramugari dilatih menangani berbagai kemungkinan. Salah satunya, mengantisipasi penumpang membawa bayi.
Menurut pengalaman awak kabin, bayi lazim menangis di dalam pesawat karena lingkungan dan cuacanya berbeda dari rumahnya. Lantas, bagaimana mengatasinya?
“Kami menemui ibu si bayi dan mengajaknya berdiskusi untuk menemukan penyebab tangisan, lalu mengajukan solusi yang tepat. Jika diperlukan, kami bisa membantu,” kata Chong Su Wyne, pramugari Singapore Airlines, yang ditemui dalam penerbangan Airbus A350 dari Singapura ke New York, Amerika Serikat, Jumat (12/10/2018).
Di dalam pesawat itu, ada dua bayi yang turut terbang bersama ibu mereka masing-masing. Salah satu bayi sempat menangis, tapi dapat ditenangkan.
Selama perjalanan di pesawat, Chong dan pramugari lain hilir-mudik melayani penumpang. Di kelas bisnis, misalnya, pramugari menyapa dan memperkenalkan diri pada penumpang sebelum menyajikan makanan-minuman. Mereka sigap memenuhi kebutuhan penumpang selama penerbangan.
Keselamatan
Keselamatan selama penerbangan tak bisa ditawar. Untuk itu, awak kabin Singapore Airlines dilatih mengatasi situasi darurat, termasuk mengarahkan penumpang menyelamatkan diri. Mereka diajak mengenali dan mengoperasikan pintu darurat, mengatur pendaratan di laut, juga memanfaatkan perahu karet.
Head of Facilities and Training Admin, Flight Operation Devision Singapore Airlines Celine Kwah, menjelaskan, saat latihan, awak kabin melompat dari pintu darurat ke air, kemudian berenang di atas ombak untuk menuju perahu karet.
“Awak kabin dilatih mengevakuasi penumpang,” katanya seraya menunjuk beberapa perahu yang mengambang di atas laut buatan itu.
Tanggung jawab atas keamanan dan keselamatan serta kenyamanan penumpang juga diemban kru kabin maskapai Grup Lion Air.
Public Relations Lion Air Group Ramaditya Handoko mengatakan, pelatihan dan pendidikan kru kabin dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali. "Baik untuk penyegaran maupun evaluasi," kata Ramaditya.
Saat ini jumlah awak kabin Lion Air Group terdiri dari 1.071 orang yang bertugas di Batik Air, 2.022 orang bertugas di Lion Air, dan 322 orang di Wings Air.
”Setiap bulan kami melakukan rekrutmen karena kebutuhan sangat tinggi. Yang lolos rekrutmen akan diikat kontrak selama 4 tahun. Setelah itu diperpanjang tiap dua tahun," jelas Rama.
Tingkat keluar-masuk awak kabin sekitar 5-10 persen.
Sementara, VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Ikhsan Rosan mengatakan, Garuda selalu menekankan pentingnya taklimat sebelum penerbangan. ”Untuk melayani penumpang, awak kabin sudah melewati pendidikan khusus yang diulang setiap tahun. Namun, kami juga memberikan taklimat sebelum mereka terbang, untuk berbagi info dan tren terkini,” kata Ikhsan.
Saat ini Garuda memiliki 3.500 awak kabin. Setiap bulan Garuda melakukan rekrutmen karena perputaran awak kabin cukup cepat. "Batas usia awak kabin 36 tahun dan 46 tahun. Setiap bulan pasti ada yang pensiun, sehingga rekrutmen terus dilakukan," jelas Ikhsan. (ILHAM KHOIRI/M CLARA WRESTI)