Indonesia Berupaya Kurangi Defisit Perdagangan dengan China
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia berupaya meningkatkan ekspor ke China untuk mengurangi defisit neraca perdagangan ke negara itu. Salah satu caranya adalah berpartisipasi dalam pameran importir terbesar dunia, The 1st China International Import Expo, di Shanghai, China, 5-10 November 2018.
Dalam pameran yang diikuti 130 negara itu, Indonesia menjadi negara kehormatan atau Guest Country of Honor China. Oleh karena itu, Indonesia diberi paviliun berdampingan dengan Paviliun China di arena Country Pavillion China International Import Expo (CIIE) 2018. Paviliun Indonesia bertema ”Global Partner for Sustainable Resources”.
Indonesia akan menghadirkan dua paviliun, masing-masing di arena paviliun negara (Country Pavillion) seluas 256 meter persegi dan di arena pameran pelaku usaha dan bisnis (Enterprise and Business Exhibition) seluas 290 meter persegi. Pada arena Enterprise and Business Exhibition yang terdiri atas enam zona, Paviliun Indonesia menempati Zona Food and Agricultural Products.
Paviliun Indonesia tersebut akan diisi 32 perusahaan dan tiga asosiasi. Produk-produk yang ditampilkan antara lain makanan dan minuman, produk kesehatan, sarang burung walet, serta minyak sawit dan turunannya.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Jumat (2/11/2018), di Jakarta, mengatakan, peran serta Indonesia itu dalam rangka mencapai target ekspor 2018 sebesar 11 persen. Dengan populasi terbesar dan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, China telah memasuki tahap perkembangan baru dari industri ke konsumsi.
Potensi besar pasar China itu harus dimanfaatkan. Dalam lima tahun ke depan, diperkirakan China mengimpor produk dan jasa bernilai lebih dari 10 triliun dollar AS dari dunia.
”Menjadi Guest Country of Honor merupakan kesempatan berharga bagi Indonesia. China menilai Indonesia telah siap sebagai mitra global China untuk memenuhi permintaan impor China,” ujar Enggartiasto.
Pada sela-sela pameran, delegasi Indonesia juga akan melangsungkan kegiatan forum bisnis di Hotel Marriott Hongqiao, Shanghai, pada 6 November 2018. Peserta forum bisnis itu berasal dari kalangan pejabat dan tokoh masyarakat China, pelaku usaha, asosiasi dari Indonesia, 32 peserta pameran dari Indonesia, serta beberapa perusahaan dan instansi dari Indonesia.
Indonesia juga akan menggelar pertemuan kerja sama bisnis yang melibatkan perusahaan Indonesia peserta CIIE dan perusahaan lain. Sektor utama kerja sama bisnis itu adalah produk makanan dan minuman, produk kesehatan, sarang burung, minyak sawit dan turunannya, biodiesel, mebel, kertas, biji plastik daur ulang, serta jasa tur dan perjalanan.
”Kami juga akan menggelar pertemuan bilateral dengan sejumlah negara,” kata Enggartiasto.
Badan Pusat Statistik mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2018 masih mengalami defisit terhadap sejumlah negara, antara lain China, Thailand, dan Australia. Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China pada periode tersebut sebesar 13,96 miliar dollar AS.