[caption id="attachment_9397324" align="alignnone" width="720"]
Presiden Direktur PT BASF Indonesia Daniel Loh sedang mempresentasikan perusahaannya dalam acara kunjungan pabrik di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu (17/1)[/caption]
JAKARTA, KOMPAS -- Indonesia dinilai sebagai pasar yang atraktif oleh BASF, perusahaan internasional berbasis di Jerman. Namun, daya tarik itu perlu diperkuat dengan konsistensi kebijakan pejabat publik.
Menurut anggota Dewan Direktur Eksekutif BASF Sanjeev Gandhi, Indonesia merupakan negara terbesar ketiga sebagai pasar yang potensial berdasarkan populasinya. Selain itu, dia juga menganggap kekayaan sumber daya alam Indonesia sebagai salah satu daya tarik pasar.
"Indonesia merupakan negara yang aktraktif sebagai pasar," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (2/11/2018).
Oleh sebab itu, Sanjeev menyoroti pentingnya kebijakan pemangku kepentingan di Indonesia. Dia berharap, kebijakan yang ada dapat konsisten sehingga memberikan kepastian bisnis.
Konsistensi kebijakan tersebut membuat BASF bergairah dalam mengembangkan korporasinya di Indonesia. Sanjeev mengatakan, pihaknya akan menghadirkan teknologi-teknologi perusahaan terbaru ke Indonesia.
Secara umum, BASF bergerak di bidang kimia, agrikultur, produk kinerja (performance products), serta material dan solusi fungsional. Pada triwulan III-2018, penjualannya tumbuh 8 persen di angka 15,6 miliar euro.
Di Indonesia, BASF bergerak di segmen petrokimia, bahan kimia, material, dan pertanian. Pada akhir 2017, penjualan BASF Indonesia tercatat sebesar 512 juta euro.
