Pusat perawatan pesawat, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk atau GMFI, menargetkan memperbesar pasar internasional, dari 44 persen dari total bisnis, menjadi 50 persen.
"Saat ini pasar internasional kami sudah mencapai 44 persen. Sebelumnya pada tahun 2016, pasar internasional kami baru 10 persen. Kami berharap bisa meningkat terus sehingga akan lebih banyak devisa yang masuk ke Indonesia," kata Direktur Utama GMFI Iwan Joeniarto usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Tangerang, Banten, Selasa (6/11/2018).
RUPSLB diselenggarakan dalam rangka mengganti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMFI untuk memperbesar jenis layanan GMFI. "Kami merasa perlu mengubah AD/ART kami, karena saat ini kami ingin bergerak di bidang jual beli mesin pesawat, jadi tidak hanya merawat. Kami akan bekerja sama dengan mitra untuk memberikan layanan mesin yang lebih luas. Apabila ada yang merawat mesinnya pada kami, maka akan pinjami mesin serupa, sehingga pesawat itu tetap bisa dioperasikan. Layanan seperti ini tentunya akan menjadi nilai tambah bagi pelayanan kami," kata Iwan.
Dengan menambah layanan seperti ini, maka diharapkan pasar akan semakin membesar, termasuk pasar dari luar negeri. Saat ini GMFI sudah melayani maskapai dari India, Filipina, Korea, dan Banglades. Sebagian besar pelanggannya adalah maskapai berbiaya murah (LCC).
Direktur Bisnis & Base Maintenance GMF Tazar Marta Kurniawan menjelaskan, pasar LCC sangatlah besar. Pertumbuhan pesawat LCC di dunia sangat besar, dan saat ini hingga tiga tahun ke depan merupakan waktunya pesawat-pesawat itu menjalani perawatan besar.
"Dari dalam negeri saja, kami melayani Citilink. Kira-kira besarnya 13 persen dari pasar domestik kami. Lalu LCC luar negeri porsinya sekitar 50 persen dari pasar internasional kami," jelas Tazar.
Menurut Tazar, layanan GMFI sesuai dengan LCC karena sangat efisien. Dibandingkan dengan pusat perawatan pesawat (MRO) di luar negeri, GMFI lebih murah dari sisi tenaga kerja.
"LCC selalu mencari bagaimana caranya bisa efisien. Kami bisa memperbaiki pesawat mereka dengan waktu yang lebih pendek dibanding MRO lain. Dengan biaya yang lebih murah dan waktu lebih cepat, maka sesuai dengan harapan LCC," kata dia.
Dia mencontohkan, Indigo, LCC dari India, telah meningkatkan kontrak kerjanya dari perawatan 11 pesawat menjadi 24 pesawat. Dan bahkan, mereka akan meningkatkan lagi menjadi 30 pesawat. (ARN)