INCHEON, KOMPAS--Perusahaan produsen baja asal Korea Selatan, Posco, mulai melirik peluang untuk mendiversifikasi produk. Selain tetap meningkatkan penetrasi pasar produk baja untuk bahan baku industri otomotif, perusahaan tersebut juga secara bertahap menjaring kemitraan untuk mengembangkan produk energi dan kesehatan.
CEO Posco, Choi Jeong-Woo, menyatakan hal tersebut saat membuka Posco Global EVI Forum 2018 di Songdo Convensia, Incheon, Korea Selatan. Forum ini dihadiri sedikitnya 1.600 peserta yang merupakan perwakilan mitra strategis, baik dari perusahaan swasta, perusahaan nasional, maupun pemangku kebijakan di sejumlah negara operasional Posco, termasuk Indonesia.
Posco merupakan satu dari lima produsen baja penguasa pangsa pasar dunia. Dari produksi baja, tahun ini perusahaan memproyeksikan laba 57 miliar dollar AS atau Rp 844 triliun.
Namun, Choi menilai, Posco yang tahun ini genap berusia 50 tahun memerlukan perubahan signifikan untuk meningkatkan profitabilitas tanpa meninggalkan tanggung jawab sosial. “Rencana diversifikasi harus dibuat untuk mengejar laba grup Posco hingga 89 miliar dollar AS pada 2030,” ujarnya.
Pihaknya berkomitmen segera memproduksi litium untuk memasok bahan baku baterai sekunder berukuran besar yang digunakan kendaraan listrik. Choi memproyeksikan, melalui anak usaha Posco, Posco Chemtech, dalam 12 tahun mendatang perusahaan akan mengamankan 20 persen pangsa pasar baterai kendaraan listrik dengan pendapatan 15,8 milliar dollar AS per tahun.
Selain di bidang energi, lanjut Choi, Posco juga menyiapkan bisnis sektor bioteknologi kesehatan sebagai mesin pertumbuhan grup perusahaan berikutnya. Sebagai langkah awal, Posco telah mempekerjakan sejumlah tenaga ahli di bidang biomaterial, genomik, peralatan medis, dan farmasi.
Perusahaan merekrut tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya lebih dari tiga tahun untuk menemukan peluang bisnis biofarma baru dan memeriksa kelayakannya.
“Kami menjajaki kerja sama untuk menghilirasi penelitian dari para profesor di POSTECH (Universitas Sains dan Teknologi Pohang) yang memiliki kapasitas terbaik di bidang bioteknologi di Korea Selatan,” ujarnya.
Sebelumnya, perusahaan konglomerasi asal Korea Selatan seperti Samsung, Korea Tobacco & Ginseng Corporation (KT&G), SK Holdings, dan Kolon telah menelurkan anak perusahaan di industri kesehatan. Tren ini diikuti Posco sebagai bentuk tanggung jawab untuk memberikan manfaat sosial.
Murah
Sementara itu, ahli teknologi masa depan sekaligus pendiri futurist.com Glen Hiemstra berpendapat, sebagai kebutuhan utama warga dunia, energi dan kesehatan perlu didapatkan dengan harga yang murah tanpa harus merusak lingkungan.
“Sebagai contoh, skala utilitas pembangkit listrik tenaga angin dan matahari menghasilkan energi kurang dari tiga sen per kilowatt jam, kurang dari setengah biaya pembangkit listrik bertenaga gas alam,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Director General World Steel Asociation, Edwin Basson, menilai, di tengah perkembangan industri 4.0, baja tetap akan menjadi produk yang kompetitif di masa depan. Sebab, baja termasuk dalam bahan baku yang dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas produk daur ulang.