JAKARTA, KOMPAS — Ketersediaan bahan baku untuk pakan mandiri masih jadi kendala sehingga pakan mandiri sulit memiliki daya saing. Padahal, pemerintah menargetkan produksi pakan mandiri meningkat 13 persen pada tahun depan.
Pada 2019, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi pakan mandiri sekitar 10,8 juta ton untuk kebutuhan budidaya ikan air tawar, air payau, dan air laut. Target itu meningkat jika dibandingkan dengan sasaran produksi pakan mandiri tahun ini sekitar 9,5 juta ton atau setara dengan kebutuhan produksi 7,4 juta ikan hasil budidaya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, di Forum Pakan Mandiri, di Jakarta, Rabu (7/11/2018), mengemukakan, bahan baku lokal yang variatif harus terus didorong untuk pakan mandiri. Kualitas pakan mandiri juga perlu terus ditingkatkan.
”Bahan baku jadi kendala. Masih banyak pembuat pakan belum mendapat informasi di mana (ketersediaan) bahan baku. Sudah saatnya dikembangkan koperasi khusus bahan baku pakan,” katanya.
Bahan lokal
Pakan mandiri, kata Slamet, bersumber dari bahan-bahan yang diperoleh dan diolah secara mandiri dengan mengacu pada standar nasional Indonesia. Pembuatan pakan diharapkan menggunakan bahan-bahan lokal yang tersedia agar berkelanjutan.
Ia mencontohkan, bahan baku pakan mandiri bisa berupa daun-daunan dan limbah, seperti limbah kelapa dan bungkil inti kelapa sawit (PKM). Selain itu, bisa juga menggunakan eceng gondok sebagai pengganti dedak. ”Jangan bangkai ayam digunakan sebagai pakan ikan karena tidak sesuai dengan kaidah yang ditetapkan,” katanya.
Pembentukan koperasi khusus bahan baku pakan diharapkan dapat menghimpun penyediaan bahan baku dalam volume besar untuk didistribusikan ke anggota koperasi sehingga harga bahan baku lebih terjangkau. Saat ini, sebagian produsen pakan mencari bahan baku sendiri-sendiri sehingga harganya lebih mahal. Sementara harga pakan mandiri untuk pakan tenggelam dipatok maksimum Rp 6.000 per kilogram dan pakan apung Rp 7.000/kg.
Pada 2017, total produksi pakan ikan nasional mencapai 1,3 juta ton, sedangkan pakan udang 285.000 ton. Produksi pakan ikan mandiri baru berkontribusi 14,62 persen dari total produksi pakan nasional. Tahun 2018, produksi pakan mandiri ditargetkan mencapai 17 persen dari produksi pakan ikan nasional.
KKP mengalokasikan anggaran Rp 28,75 miliar pada tahun ini untuk memproduksi pakan mandiri. Dana itu untuk membangun pabrik pelet pakan ikan berkapasitas 1.000/per jam di Pangandaran, Jawa Barat, dan mengadakan 50 mesin pakan berkapasitas 200 kg/jam di sejumlah sentra produksi.
Tahun depan, pemerintah akan mengalokasikan 55 paket mesin pakan ikan dan bantuan bahan baku berupa tepung ikan dan tepung jagung. Bantuan itu antara lain untuk wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Kalimantan.
Ketua Perkumpulan Bina Tenaga Inti Rakyat Rudi Murodi mengemukakan, pakan mandiri seharusnya menggunakan bahan baku yang berbeda dengan pabrik agar dapat berdaya saing. Pihaknya saat ini memilih pembuatan pakan menggunakan limbah makanan, seperti limbah sosis dan bakso dari pabrik.
”Kalau (bahan baku) masih sama, harganya pasti lebih mahal karena pabrik membeli bahan baku ratusan ton, sedangkan pakan mandiri hanya sedikit,” katanya.
Ia menambahkan, kontribusi limbah makanan mencapai 70 persen dari bahan baku pakan, selebihnya limbah pindang tongkol dan minyak ikan. Saat ini, produksi pakan mandiri yang dikelolanya berkisar 500 kg-1 ton per hari dengan harga jual Rp 4.000/kg.