MADIUN, KOMPAS — Peluang ekspor kereta ke negara-negara Asia ataupun Afrika terus dijajaki PT Industri Kereta Api atau PT Inka (Persero). Pasar yang masih terbuka tersebut akan didukung fasilitas baru milik perseroan yang akan dibangun di Banyuwangi.
Saat ini, produk Inka telah dioperasikan beberapa negara, yakni Bangladesh, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, dan Australia. Produk yang telah dimanfaatkan negara lain adalah kereta penumpang, barang, beserta perlengkapannya.
Beberapa negara yang berpotensi dan dijajaki untuk menjadi konsumen produk-produk Inka adalah Myanmar, Sri Lanka, Senegal, Zambia, Nigeria, Sudan, dan Meksiko. Selain kereta untuk penumpang dan barang, Inka juga menjajaki ekspor perlengkapan kereta seperti penyejuk ruangan (AC).
”Selama ada potensi, harus dilakukan. Kalau tidak, PT Inka tidak berkembang karena kalau pasar lokal itu bisa jenuh. Kalau keluar, kan, masih selalu ada potensi,” kata Direktur Utama PT Inka (Persero) Budi Noviantoro, Rabu (7/11/2018), di Madiun, Jawa Timur.
Untuk pesanan dari luar negeri, saat ini Inka tengah menyelesaikan pesanan antara lain 250 kereta dari Bangladesh senilai Rp 1,33 triliun serta dari Filipina berupa lokomotif diesel dan kereta penumpang senilai Rp 757 miliar.
Selain itu, perlengkapan seperti AC di kereta juga berpotensi untuk dijual ke Malaysia. Untuk dalam negeri, Inka membuat rangkaian kereta api ringan untuk Palembang (Sumatera Selatan) dan Jabodebek.
Di sisi lain, peningkatan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) juga dilakukan agar perseroan semakin efisien. Apalagi, nilai tukar dollar AS tengah menguat. Untuk kereta tanpa mesin, TKDN-nya telah mencapai 70 persen. Adapun kereta dengan mesin, TKDN-nya sekitar 42 persen.
Untuk mendukung ekspor, saat ini Inka melelang pembangunan fasilitas di Banyuwangi. Di atas tanah seluas 84 hektar, Inka akan membangun fasilitas, baik untuk pembuatan kereta maupun lokomotif. Dari kebutuhan pendanaan sekitar Rp 1,6 triliun, sekitar Rp 600 miliar akan berasal dari penyertaan modal negara.
Selain itu, perusahaan dari Amerika Serikat, Progress Rail, akan berinvestasi sekitar 30 juta dollar AS. Sisanya kemungkinan akan diperoleh dari BUMN lain. Fasilitas akan mulai dibangun tahun depan dan untuk tahap I ditargetkan beroperasi pada 2020.
Menurut Budi, fasilitas Inka di Banyuwangi, Jawa Timur, dibangun dekat pelabuhan untuk mempermudah proses pengiriman, terutama ekspor. Sementara fasilitas di Madiun seluas 22 hektar dan berkapasitas 400 kereta per tahun sudah tidak bisa dikembangkan lagi.
Saat ini, kompetitor utama Inka untuk produk kereta adalah China. Kompetisi itu tidak hanya di pasar Asia, tetapi juga Afrika. Apalagi, China didukung riset dan pengembangan yang kuat, termasuk dari perguruan tinggi.
Oleh karena itu, salah satu strategi yang dibuat adalah menawarkan satu paket mulai dari desain, pendanaan, konstruksi, sampai operasi kepada negara yang berminat. Untuk itu, Inka menggandeng beberapa BUMN yang bergerak di bidang operasi, konstruksi, dan teknologi.
”Tantangan di sini adalah modal. Kita bersaing dengan produsen China yang selama ini diberi bunga pinjaman rendah,” ujar Budi.
Sekretaris Perusahaan Inka Ketut Astika menambahkan, untuk 2019, perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp 3,7 triliun, naik dari tahun ini yang sebesar Rp 3,1 triliun. Sementara laba bersih tahun depan ditargetkan di atas Rp 100 miliar, meningkat dari tahun ini yang sekitar Rp 80 miliar.