JAKARTA, KOMPAS--Usia lapangan minyak di Indonesia yang menua atau di atas 25 tahun menjadi tantangan dalam upaya meningkatkan produksi minyak. Selain penerapan teknologi baru, upaya menemukan cadangan baru dalam skala besar sangat penting dalam usaha meningkatkan produksi di dalam negeri.
Langkah ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak yang menyebabkan defisit pada neraca perdagangan Indonesia.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, sekitar 47 persen lapangan minyak di Indonesia berumur di atas 25 tahun. Lapangan minyak yang tua, secara natural, produksinya turun. Kondisi tersebut sangat menantang dalam upaya menaikkan produksi minyak dan gas bumi di dalam negeri.
"Indonesia ini agak berisiko. Penemuan baru (berskala besar) tidak ada. Kalaupun ada, kecil-kecil. Produksi kurang berhasil sehingga mengandalkan impor terus-menerus. Padahal, produksi yang turun pada sumur-sumur tua, ongkosnya (untuk produksi) tidak turun," kata Amien, Rabu (7/11/2018), di Jakarta.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, produksi minyak rata-rata bulanan sebanyak 771.824 barrel per hari atau masih di bawah target APBN 2018 yang sebanyak 800.000 barrel per hari.
Adapun produksi gas bumi 7.676 juta standar kaki kubik per hari (MMSCD). Angka itu sudah melampaui target APBN 2018 yang sebanyak 6.720 MMSCFD.
Menurut Amien, untuk mendorong peningkatan produksi minyak Indonesia, diperlukan kerja keras dan ketelatenan. Para insinyur minyak Indonesia harus rajin turun ke lapangan untuk meneliti perlakuan yang tepat terhadap setiap lapangan agar produksi minyak dapat ditingkatkan. Selanjutnya, memilih teknologi yang tepat untuk menaikkan produksi dengan dukungan pendanaan yang cukup.
Komitmen
Senior Vice President Upstream Strategic Planning & Performance Evaluation pada Direktorat Hulu PT Pertamina (Persero), Meidawati, menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk berupaya menemukan cadangan minyak baru. Bahkan, pada saat harga minyak jatuh di bawah 30 dollar AS per barrel, Pertamina tetap melaksanakan eksplorasi. Tahun ini, belanja Pertamina di sektor hulu mencapai 2,4 miliar dollar AS.
"Investasi hulu bergantung pada target produksi yang hendak dicapai. Tahun ini kami menargetkan produksi 400.000 barrel per hari, sedangkan tahun depan targetnya 414.000 barrel per hari," ujar Meidawati.
Sementara itu, melalui siaran pers, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha Pertamina, mengumumkan kenaikan produksi minyak dan gas bumi pada September 2018 sebanyak 229.441 barrel setara minyak per hari (BOEPD). Capaian itu melampaui target, yakni sebanyak 224.818 BOEPD. (APO)