Pakan Mandiri Sulit Bersaing
Jakarta, Kompas
Ketersediaan bahan baku untuk pakan mandiri masih jadi kendala, sehingga pakan mandiri masih sulit berdaya saing. Pemerintah menargetkan kenaikan produksi pakan mandiri sebesar 13 persen pada tahun depan.
Tahun depan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi pakan nasional sebanyak 10,8 juta ton untuk kebutuhan budidaya ikan air tawar, air payau, dan air laut. Target itu meningkat jika dibandingkan sasaran produksi pakan nasional tahun ini yang sebesar 9,5 juta ton atau setara kebutuhan produksi 7,4 juta ikan hasil budidaya. Kontribusi pakan mandiri ditargetkan berkisar 17 persen dari pakan nasional.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, di Jakarta, Jumat (9/11), mengemukakan, bahan baku pakan mandiri hingga kini masih terbatas. Diperlukan pemanfaatan bahan baku lokal yang variatif agar produksinya berkelanjutan. Kualitas pakan mandiri juga perlu terus ditingkatkan.
“Bahan baku masih jadi kendala. Masih banyak pembuat pakan belum dapat info dimana (ketersediaan) bahan baku. Sudah saatnya dikembangkan koperasi khusus bahan baku pakan,” katanya.
Pembentukan koperasi khusus bahan baku pakan diharapkan dapat menghimpun penyediaan bahan baku dalam volume besar untuk didistribusikan ke anggota koperasi, sehingga harga bahan baku lebih terjangkau. Saat ini, sebagian produsen pakan mencari bahan baku sendiri-sendiri sehingga harga lebih mahal. Sementara, harga pakan mandiri untuk pakan tenggelam dipatok maksimum Rp 6000 dan pakan apung Rp 7000 per kilogram (kg).
Tahun 2019, pemerintah akan mengalokasikan 55 paket mesin pakan ikan dan bantuan bahan baku berupa tepung ikan dan tepung jagung. Bantuan itu antara lain untuk wilayah Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Kalimantan.
Pada 2017, total produksi pakan ikan nasional mencapai 1,3 juta ton, sedangkan pakan udang 285.000 ton. Produksi pakan ikan mandiri baru berkontribusi sebesar 14,62 persen dari total produksi pakan nasional. Tahun 2018, KKP mengalokasikan anggaran Rp 28,75 miliar untuk memproduksi pakan mandiri.
Dana itu untuk membangun pabrik pellet pakan ikan berkapasitas 1.000 kilogram (kg) per jam di Pangandaran, Jawa Barat, dan mengadakan 50 unit mesin pakan berkapasitas 200 kg per jam di sejumlah sentra produksi.
Ketua Perkumpulan Bina Tenaga Inti Rakyat, Rudi Murodi, mengemukakan, pakan mandiri seharusnya menggunakan bahan baku yang berbeda dengan pabrik agar dapat berdaya saing. Pihaknya saat ini memilih pembuatan pakan menggunakan limbah makanan, seperti limbah sosis dan limbah bakso dari pabrik.
“Kalau (bahan baku) masih sama, harganya pasti lebih mahal, karena pabrik membeli bahan baku ratusan ton sedangkan pakan mandiri hanya sedikit,” katanya.
Kontribusi limbah makanan mencapai 70 persen dari bahan baku pakan, selebihnya limbah pindang tongkol, dan minyak ikan. Saat ini, produksi pakan mandiri yang dikelolanya berkisar 500 kg-1 ton per hari, dengan harga jual Rp 4.000 per kg.(LKT)