Sirup Daker dari Pekarangan
Kami Harti, guru kimia di SMAN 1 Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, tak menyangka, sirup daker memperbaiki ekonomi rumah tangga. Banyak orang merasakan manfaat sirup itu, karena mampu menurunkan kadar gula darah serta asam urat.
Hal itu bermula ketika Kami, membesarkan hati putrinya, Tyagita Haning Ratnasari, yang kecewa karena tak bisa melanjutkan SMA di Kota Semarang. Putrinya akhirnya sekolah di SMAN 1 Boja. Pompaan semangat pun terus diberikan Kami.
"Saya bilang, sekolah di Boja tidak apa-apa, tapi jangan jadi murid biasa, jadilah murid luar biasa. Saya dorong dia mencapai prestasi lewat karya penelitian agar bisa mendapat perguruan tinggi yang diidamkan," kata Kami saat ditemui di rumahnya, di Kendal.
Kami memulai penelusuran di internet. Saat itu, dia tertarik dengan penelitian mengenai sirup buah kersen dan teh daun kersen. Akhirnya Kami mengambil jalan tengah dengan meneliti sirup daun kersen yang baik untuk kesehatan. Selain enak, bahan bakunya pun tidak sulit.
Dibentuklah kelompok penelitian terdiri dari putrinya, Tyagita, serta dua temannya, Noval Dani Saputra dan Sektiana Uyun Azizah. Adapun Kami berperan sebagai pembimbing. Penelitian dan percobaan pun dilakukan pada April 2015. Kemampuan Kami di bidang ilmu kimia sangat membantu keberhasilan penelitian itu. Akhirnya, produk yang dihasilkan itu diikutkan sejumlah lomba, mewakili SMAN 1 Boja.
Dalam pameran Hari Pendidikan Nasional di Kendal pada 2 Mei 2015, Sirup Daker sempat dicoba Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kendal saat itu, Bambang Dwiyono. "Saya bilang, ini masih penelitian, jadi belum teruji. Namun, pak Sekda tetap meminta dan mengatakan kalau ada apa-apa risikonya akan ditanggung sendiri," kenangnya.
Seminggu berselang, ajudan Sekda Kendal mencari Kami di SMAN 1 Boja. Kami sempat khawatir terjadi sesuatu. Namun kekhawatirannya sirna. Ternyata, Sirup Daker menurunkan kadar gula darah Sekda, dari 487 mg/dl menjadi 285 mg/dl. Bambang pun memborong tujuh botol yang tersisa.
Dari situ, permintaan sirup Deker mulai meningkat. Dari berbagai masukan, Kami pun mengurus izin Produk Izin Rumah Tangga (PIRT). Dengan metode pemasaran dari mulut ke mulut, permintaan kian banyak. Produknya bahkan menjadi rebutan para kolega, khususnya di kalangan guru dan pegawai negeri sipil (PNS).
Inkubasi bisnis teknologi
Pada akhir 2015, Sirup Daker memenangi Bupati Kendal Award kategori Pegiat Kesehatan dan Kualitas Hidup. Dia mampu menyisihkan dua dokter yang juga masuk nominasi. Kemudian, pada Maret 2016, Sirup Daker diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) Jateng.
Sejak Krenova Jateng 2016, Sirup Daker tak lagi mewakili SMAN 1 Boja, tetapi atas nama individu Kami. "Selain karena memang saya sebagai inovator, SMA tidak memiliki unit produksi. Para siswa juga sudah semakin sibuk ujian, sehingga saya izin ke Dinas Kesehatan atas nama saya pribadi," tuturnya.
Pada ajang tersebut, Sirup Daker menjadi satu dari 10 Pemenang Utama dan 10 Pemenang Favorit. Pencapaian itu juga mengantarkan Sirup Daker masuk dalam Inkubasi Bisnis Teknologi (IBT) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kami mendapat dana Rp 262,5 juta untuk megembangkan usaha.
Adapun uji kandungan Sirup Daker dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. "Hasil pengujian, memang memiliki kandungan fhenol dan flavonoid, yang dapat menurunkan kadar gula darah, asam urat, serta kolesterol. Juga mengandung antioksidan," ujar Kami.
Pada tahap awal di medio 2015, Sirup Daker diproduksi sekitar 125 botol per bulan. Setelah banyak yang merasakan manfaatnya, terutama dalam membantu menurunkan kadar asam urat, permintaan meningkat. Hingga pertengahan 2018, produksinya berkisar 800-1.000 botol per bulan. Adapun harga jualnya Rp 35.000 untuk botol berukuran 625 ml. Produksi dilakukan dua kali dalam seminggu, di sela-sela kesibukan Kami mengajar.
"Produksi hanya Rabu dan Sabtu. Ada dua karyawan, tetapi yang meramu saya dan suami agar kualitasnya tetap terjaga," kata Kami.
Untuk bahan baku kersen, Kami tak menemui kesulitan karena ada kebun kersen di rumahnya. Adapun pemasarannya menggunakan jejaring kalangan PNS dan media sosial Facebook. Banyak juga PNS yang menjadi penjual ulang atau reseller. Melalui sejumlah reseller itu, Sirup Daker sudah dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia, dari Aceh hingga Merauke.
Menurut Kami, untuk reseller yang sudah dia kenal, seperti teman-teman sendiri, diperbolehkan menjalin kerja sama dengan sistem konsinyasi. Namun, apabila tidak kenal, misalnya yang hanya berkomunikasi melalui jejaring Facebook, sistemnya dengan membeli produk dulu lalu pesanan dikirimkan.
Kami mengaku, sejumlah perusahaan ternama sudah menawarkan kerja sama, baik sebagai mitra maupun melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Namun, tidak ada satu pun yang diterima.
"Saya jalani saja. Motivasi awal saya kan agar anak bisa sekolah di perguruan tinggi. Kemudian, saya mau produk ini bermanfaat buat banyak orang. Kalau dijual ke vendor lain, kemudian harganya menjadi mahal, saya melenceng dari tujuan bisa dimanfaatkan orang banyak," ujar Kami.
Saat ini, produk Sirup Daker sudah mendapat hak paten dan telah diuji di PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo). Saat ini, adapun uji halal masih diproses sejak Juli lalu.