SHANGHAI, KOMPAS--Indonesia berupaya meningkatkan ekspor ke China untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dengan negara itu. Caranya, antara lain, memperkuat kerja sama ekonomi digital untuk membuka akses pasar dan transfer teknologi.
Untuk pertama kalinya, Indonesia berpartisipasi dalam festival belanja 24 jam terbesar di dunia berdasarkan Gross Merchandise Volume (GMV). Festival belanja untuk pasar penduduk China di berbagai negara dan wilayah ini berlangsung setiap tahun sejak 2009. Sedikitnya, 180.000 merek lokal dan internasional diperdagangkan melalui laman dan aplikasi Tmall Global dari Alibaba Group.
Indonesia menjadi salah satu dari 25 negara dan wilayah yang berkesempatan mempromosikan 5 produk di paviliun 11.11 Global Shopping Festival dalam bentuk digital dan fisik. Promosi melalui platform digital penting untuk memburu pasar China. Sebab, penduduk China belum akrab dengan produk Indonesia, meskipun China menjadi negara tujuan ekspor utama.
“Terobosan melalui platform digital diperlukan. Sejauh ini platform digital terbesar China adalah Alibaba. Itu alasan (kerja sama ini),” kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun dalam temu media di Shanghai, China, Minggu (11/11/2018) dini hari.
Lima produk RI itu adalah Indomie, kopi Kapal Api, sarang burung walet Yan Ty Ty, kerupuk udang Papatonk, dan wafer Richeese.
Deputy General Manager Tmall Global, Yi Qian, menyampaikan, tidak sulit untuk memasuki pasar China. Syaratnya, perusahaan bisa memetakan target dan kebutuhan konsumen secara spesifik. Tmall sebagai pasar dalam jaringan berbasis bisnis dengan pembeli terbesar di China sudah menghimpun lebih dari 180.000 merek dengan 3.900 kategori produk impor dari 74 negara dan wilayah.
“Sekitar 70 persen pembeli adalah perempuan. Jenis produk yang paling diminati di antaranta produk kecantikan dan perlengkapan bayi. Data dan riset menjadi kunci penting,” kata Yi.
Dalam festival belanja 2018, jenis produk impor yang paling diminati konsumen China antara lain suplemen kesehatan, susu bubuk, masker kecantikan, serum wajah, nutrisi bagi dan anak-anak, serta pembersih wajah. Penjualan tahun ini dipastikan melampaui tahun 2017 yang sebesar 25,3 miliar dollar AS dalam 24 jam.
Peluang ekspor
Di tengah situasi perang dagang China dan Amerika Serikat, Djauhari berpendapat, Indonesia bisa memanfaatkan peluang untuk meningkatkan ekspor.
Berdasarkan data Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Indonesia berpeluang mengisi celah pasar China yang ditinggalkan AS. Sebab, ekspor AS ke China diperkirakan turun 7,9 miliar dollar AS.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Investasi Dalam Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Reza V Maspaitella mengatakan, kolaborasi antara pemerintah dan dunia usaha akan diperkuat untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Pasar China memiliki keunikan tersendiri sehingga pengusaha besar serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus memahami berbagai hal, antara lain pengemasan, pencipataan merek, dan penguatan kualitas produk yang akan diekspor ke sana.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor nonmigas Indonesia ke China pada Januari-September 2018 sekitar 15,14 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia.