Penjualan Masih Lambat, Tahun Depan Lebih Optimistis
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga properti residensial atau rumah tinggal di pasar primer akan melambat. Di sisi lain, tingkat penjualannya juga diperkirakan melambat.
Kendati demikian, pelaku usaha properti optimistis sektor properti akan membaik pada 2019.
Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial oleh Bank Indonesia, Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan III-2018 tumbuh 0,42 persen secara triwulanan. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan secara triwulanan pada triwulan II-2018 yang sebesar 0,76 persen.
Meski demikian, diperkirakan harga rumah akan naik 0,52 persen secara triwulanan pada triwulan IV-2018.
Dari laporan yang sama, penjualan properti residensial pada triwulan III-2018 turun 14,14 persen secara triwulanan dibandingkan dengan triwulan II-2018. Penurunan penjualan terjadi pada semua tipe rumah. Penyebabnya, permintaan konsumen turun, penawaran perumahan dari pengembang terbatas, dan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) tinggi.
Menurut Ketua Umum Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata, harga properti residensial yang lebih rendah itu menandakan pengembang berupaya menjual produk kepada konsumen dengan membuat harga yang kompetitif, termasuk memberi diskon. Sebab, pertumbuhan pasar properti masih melambat.
”Kalau penjualan turun akibat permintaan pasar belum pulih, itu karena mereka masih melihat dan menunggu kondisi ekonomi lebih stabil, terutama karena pelemahan rupiah,” kata Soelaeman, Senin (12/11/2018), di Jakarta.
Nilai tukar
Pelemahan rupiah terhadap dollar AS, lanjut Soelaeman, sangat berpengaruh bagi pembeli properti untuk berinvestasi. Sebab, dengan orientasi memperoleh imbal hasil yang tinggi, bisa jadi pembeli properti memilih berinvestasi di pasar keuangan yang dinilai lebih menarik. Namun, Soelaeman optimistis sektor properti akan membaik karena kebutuhan rumah untuk dihuni akan terus ada. Selain itu, kondisi pasar properti diyakini juga akan lebih baik setelah Pemilu 2019.
Secara terpisah, Assistant Vice President Marketing PT Agung Podomoro Land Tbk Alvin Andronicus berpandangan, pembelian properti residensial masih belum menjadi prioritas masyarakat yang membeli properti sebagai investasi. Kondisi menjelang Pemilu 2019 juga berpengaruh secara psikologis bagi masyarakat untuk menahan dana.
Akan tetapi, lanjut Alvin, pasar residensial untuk dihuni tetap terbuka. Dengan kondisi seperti ini, pengembang mesti membuat strategi pemasaran yang menarik minat konsumen.
Alvin juga optimistis sektor properti akan membaik seiring perbaikan kondisi perekonomian Indonesia yang tahun depan diproyeksikan tumbuh 5,3 persen. Perbaikan juga didorong kebijakan relaksasi rasio pinjaman terhadap aset (LTV), infrastruktur yang tetap menjadi prioritas pemerintah, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang semakin stabil.
Sementara itu, Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto berpendapat, suku bunga KPR yang masih tinggi memengaruhi minat pembeli rumah. (NAD)