JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha rintisan baru diimbau untuk mengembangkan budaya data di setiap bagian perusahaannya. Data menjadi kunci untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan produk bisnis serta meningkatkan kualitas layanan terhadap pelanggan.
Dalam diskusi di Demo Day Finhacks 2018 #DataChallenge yang digelar PT Bank Central Asia Tbk, Rabu (14/11/2018), Wakil Presiden Direktur BCA Armand Wahyudi Hartono mengatakan, pendiri perusahaan perlu memelopori pencarian data dan fakta secara terus-menerus untuk membangun budaya data. Pola pikir dan cara memproses data juga perlu dikembangkan.
”Teknologi membantu proses pengumpulan data sehingga bisnis berkembang lebih cepat,” katanya.
Head of Growth & Data Science Bukalapak Tushar Bhatia mengatakan, budaya mengutamakan data perlu dibangun sejak awal. Data harus menjadi landasan dalam menyediakan layanan bagi pelanggan.
”Di masa sekarang, pelanggan ingin aksi mereka dipertimbangkan. Oleh karena itu, aplikasi dan platform kami lainnya berubah sesuai dengan kecenderungan aksi mereka. Kami juga terus mempelajari para pelanggan kami untuk bisa memberikan produk yang tepat, salah satunya dengan membuat ruang bincang antara pelanggan dan penjual,” kata Tushar.
Informasi tentang pelanggan Bukalapak juga dapat diakses semua bagian perusahaan, mulai dari tim ilmuwan data hingga tim produk. Setiap tim dapat mengambil keputusan berdasarkan analisis data. Keputusan yang diambil tersebut juga dapat menciptakan kultur kerja yang menjunjung kesetaraan.
”Jadi, baik kepala divisi maupun peserta magang dapat mengajukan dan mencoba ide mereka selama didukung data,” katanya.
Senior Vice President Business Intelligent and Growth Go-Jek Crystal Widjaja menyampaikan, Go-Jek mengumpulkan data kemudian menempatkannya di dalam danau data (data lake). Tim intelijen bisnis dan analitis yang ditugasi mengolah data dapat membuat fitur-fitur dan titik-titik data yang dapat diakses divisi lain di perusahaan.
”Kami membuat portal dalam jaringan yang dapat diakses siapa pun untuk mencari data sopir, penjual, dan sebagainya. Dengan kurasi data, kami dapat memberikan akses dan memaksimalkan penggunaan data. Ketika data bisa digunakan bagian sumber daya manusia, keuangan, dan sebagainya, artinya data sudah menjadi bagian dari kultur perusahaan,” kata Crystal.
Untuk meningkatkan literasi data di Go-Jek, terutama untuk manajer produk, diadakan program tertentu. Program ini mengajarkan antara lain pengertian data dan mengatur statistik. “Dengan begitu, masing-masing tim bisa mengatur data secara independen dalam pengembangan 18 produk Go-Jek,” ujar Crystal.
Kendati data menempati posisi penting, menurut Tushar, perusahaan rintisan sebaiknya tidak berpegang 100 persen pada data dalam mengambil keputusan. Untuk mengetahui keberhasilan suatu ide, diperlukan bias aksi, yaitu eksperimen dengan mengeksekusi kebijakan yang tidak selalu sejalan dengan rekomendasi dari analisis data.
Kurang
Baik BCA, Bukalapak, maupun Go-Jek memulai budaya data dengan membentuk tim ilmuwan data.
Menurut Armand, saat ini permintaan akan ilmuwan data masih sangat tinggi. ”Di BCA, saya rasa kami masih kekurangan ilmuwan data. Memang tidak semua orang bisa menjadi ilmuwan data, tetapi ilmuwan data bisa datang dari mana saja,” katanya.
Kekurangan ilmuwan data terjadi di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat. Berdasarkan data McKinsey, kekurangan data ditunjukkan dengan peningkatan upah bagi ilmuwan data yang naik 16 persen setiap tahun pada periode 2012-2014. Angka itu lebih tinggi daripada peningkatan upah pekerjaan lain di Kantor Statistik Tenaga Kerja AS, yakni sekitar 2 persen.
Menurut Crystal, ilmuwan data bertugas membuat model prediksi, alur umpan balik bisnis, serta rekomendasi produk bagi konsumen. Pekerjaan mereka juga didukung berbagai perangkat lunak pengolah data yang dapat diakses dengan mudah.
Terkait dengan itu, BCA mengadakan Finhacks 2018 #DataChallenge. Kompetisi ini ditujukan bagi ahli data besar dan teknologi informasi demi mengembangkan industri perbankan. Peserta diminta mengembangkan model mesin belajar dalam tiga kategori, yakni pendeteksi penipuan, penilaian kredit, serta pengelolaan uang di anjungan tunai mandiri.
Sampai dengan penutupan kompetisi pada 13 Oktober, terkumpul 605 model mesin belajar dari 222 tim kontestan. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)