JAKARTA, KOMPAS — Transisi energi untuk beralih dari sumber energi fosil ke energi terbarukan tidak bisa seketika. Namun, pemerintah tetap memperhatikan pengembangan energi terbarukan untuk mencapai target nasional di 2023.
Saat ini pemerintah fokus pada upaya meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh wilayah Indonesia.
”Setiap negara memiliki posisi yang tidak sama. Ada persoalan ketahanan ekonomi, produk domestik bruto, rasio gini, dan sebagainya. Ini harus menjadi pertimbangan apabila hendak membahas transisi energi. Proses tersebut akan berdampak terhadap dunia usaha, pemanfaatan teknologi, serta menimbulkan biaya-biaya baru,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dalam sambutannya pada acara peluncuran Indonesia Clean Energy Forum (ICEF), Kamis (15/11/2018), di Jakarta.
ICEF adalah forum gagasan untuk mendorong transformasi menuju pemanfaatan energi rendah karbon. Dipimpin Kuntoro Mangkusubroto, Menteri Pertambangan dan Energi 1998-1999, ICEF beranggotakan berbagai unsur pemangku kepentingan, seperti pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan lembaga nonpemerintah.
Jonan menambahkan, pemerintah tetap mendorong dan mendukung pengembangan energi terbarukan. Dalam Kebijakan Energi Nasional, porsi energi terbarukan dalam bauran energi pada 2025 sebesar 23 persen. Saat ini, kontribusinya masih kurang dari 13 persen.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform, yang sekaligus inisiator ICEF, Fabby Tumiwa, mengatakan, sedang terjadi perubahan cepat di sektor energi di dunia. Sektor energi sedang mengalami tren yang disebut sebagai tren 4-D, yaitu dekarbonisasi, digitalisasi, desentralisasi pembangkit listrik, serta demokratisasi penyediaan listrik, yakni konsumen listrik sekaligus sebagai produsen.
”Penyebabnya, harga teknologi energi terbarukan yang kian murah dan kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik dari tenaga fosil (batubara dan minyak). Selain itu, ada usaha memenuhi target Persetujuan Paris yang membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat celsius,” kata Fabby.
Menurut Kuntoro, Indonesia perlu mengantisipasi tren sektor energi yang sudah berubah di seluruh dunia. Oleh karena itu, menurut dia, industri ketenagalistrikan di Indonesia perlu diantisipasi lewat reformasi kebijakan dan regulasi.
Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Rasmus Abildgaard Kristensen, yang turut menjadi pembicara, mengatakan, pada 2016, porsi energi fosil tinggal 46 persen, sedangkan sisanya energi terbarukan.