Borobudur Marathon tak semata lomba lari yang memanggungkan kemegahan Candi Borobudur di Jawa Tengah. Ajang itu juga mengangkat potensi lokal, termasuk ragam kulinernya.
Aneka kuliner tersaji saat gelaran Friendship Run di pelataran Candi Pawon, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (17/11/2018). Ajang lari santai 3 kilometer ini merupakan rangkaian Borobudur Marathon 2018 Powered by Bank Jateng.
Setidaknya tersaji 10 ragam kuliner klasik Magelang dan sekitarnya. Kuliner itu antara lain kopi Pawon, kopi Posong, sop empal Bu Ngalim, mie ongklok dan sate sapi khas Wonosobo, Kupat Tahu 95, dan Es Murni Magelang.
Semua itu kuliner legendaris Magelang dan sekitarnya. Para peserta lari antusias. Peserta Friendship Run asal Jakarta, Christopher Tobing (32), misalnya, baru pertama melihat sop empal dan mi ongklok. Empal olahan daging sapi mirip dendeng, tetapi lebih tebal. Empal banyak didapat di Magelang dan sekitarnya.
Adapun mi ongklok adalah makanan dari olahan bakmi kuning yang disajikan dengan sayur dan kuah aci kental dari tepung aci serta gula jawa. Mie itu biasa disajikan dengan sate sapi berbumbu manis. Sajian itu khas Wonosobo, tetangga Magelang.
”Hebatnya, semua kuliner di sini bukan sembarangan, tetapi kuliner legendaris yang punya nama di Magelang dan sekitarnya. Ini jadi nilai plus Borobudur Marathon,” ujar Christopher.
Tak sedikit peserta bernostalgia dengan aneka kuliner itu. Peserta asal Jakarta, Eddy Priyanto (52), contohnya. Orangtuanya dari Magelang, tetapi ia lahir di Bogor dan besar di Jakarta. Ia pulang ke Magelang untuk ikut Borobudur Marathon.
Eddy memilih kuliner yang lama tak dijumpai, empal dan kupat tahu. ”Di sini, selain berlomba, saya wisata dan bernostalgia, lebih-lebih dengan kuliner khas daerah sini,” kata Eddy.
Ajang promosi
Para pedagang antusias berpartisipasi dalam festival kuliner Borobudur Marathon 2018. Penjualan mereka meningkat dua sampai tiga kali lipat dibanding hari-hari biasa.
Pemilik warung mie ongklok dan sate sapi khas Wonosobo, Bogi Sambono (36), mengatakan, sehari-hari, penjualan warung mi ongklok dan sate sapinya di pusat kota Magelang 40-60 porsi. Di ajang Frendship Run, 150 porsi ludes kurang dari dua jam.
Dia juga akan berpartisipasi saat festival kuliner Borobudur Marathon, Minggu. Ia menyiapkan 200-250 porsi. Harga seporsi mi ongklok Rp 8.000, sedangkan satu tusuk sate sapi Rp 3.000.
Pemilik warung Kupat Tahu 95, Indri (40), mengatakan, sehari-hari penjualan kupat tahunya 150 porsi. Kali ini bertambah dua kali lipat. Kupat Tahu 95 dirintis pada 1938 oleh nenek Indri.
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno menyampaikan, pihaknya berharap Borobudur Marathon mengangkat ekonomi warga. Setidaknya itu terwujud tahun lalu saat terjadi perputaran uang Rp 14 miliar di wilayah Magelang dalam dua hari. ”Tahun ini, kami harap bisa mencapai Rp 20 miliar,” katanya.
Pada hari Minggu akan lebih banyak kuliner lokal tersaji di Race Village Borobudur Marathon. Bank Jateng melibatkan 1.600 UMKM. (DRI/DIT/GRE)