Sejumlah produk diberi merek Red Hot Java untuk menarik minat publik. Produsen diminta tingkatkan kapasitas dan mutu produk.
SURABAYA, KOMPAS Produk usaha mikro, kecil, dan menengah dari program Pahlawan Ekonomi Surabaya diminati konsumen di Kota Liverpool, Inggris. Pemerintah daerah kedua kota dalam program kota kembar itu terus mencari model pemasaran yang saling menguntungkan untuk mengekspor produk-produk mereka.
Wakil Wali Kota Liverpool Gary Millar di sela Festival Mlaku-mlaku Nang Tunjungan, Minggu (18/11/2018) di Surabaya, mengatakan bahwa puluhan produk uji coba yang dibawa dari Surabaya ke Liverpool pada Maret lalu ternyata diminati warga Liverpool.
Produk-produk, seperti kemeja, kaus, dan tas, buatan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Surabaya cepat habis karena masuk dalam selera konsumen kota asal kelompok musik The Beatles itu. ”Produk yang saya bawa laku keras. Perlu ada solusi besar untuk memasarkan produk-produk UMKM ini,” kata Gary Millar.
Menurut dia, perlu ada kerja sama bisnis antarkedua kota yang sudah menjadi kota kembar ini. Saat ini, penjualan produk masih dilakukan sendiri dalam jumlah terbatas. Setiap kedatangannya ke Surabaya, Millar membawa puluhan produk dari Surabaya untuk diuji coba pasar di Liverpool.
Dengan peluang pasar yang cukup baik, diperlukan kerja sama yang lebih kuat untuk proses ekspor-impor produk UMKM tersebut.
”Perlu pengiriman yang lebih efisien agar biaya pengiriman murah sehingga harga jual juga bisa lebih bersaing,” katanya.
Millar juga mengajak pelaku UMKM di Surabaya meningkatkan kualitas produknya agar bisa diekspor ke Liverpool. Hal ini karena harga jual yang diperoleh akan lebih besar dibandingkan apabila dijual di dalam negeri. Harga produk-produk UMKM dari Surabaya naik sebesar 2,4 kali lipat setiap berpindah tangan.
Millar, yang juga penggemar klub sepak bola Liverpool FC itu, mengatakan, produk batik jumputan menjadi salah satu produk yang paling diminati perempuan di Kota Liverpool.
Menurut desainer setempat, model batik jumputan yang dikerjakan dengan teknik ikat celup untuk menciptakan gradasi warna itu akan menjadi tren mode pada tahun 2019. Model itu pernah menjadi tren pada tahun 1960-an dan digunakan saat musim panas.
Merek lokal
Saat dipasarkan ke Liverpool, produk-produk UMKM dari Surabaya diberi label Red Hot Java. Millar mengatakan, konsumen di Liverpool dan Inggris pada umumnya menyamakan sesuatu yang hot itu dengan sesuatu yang trendi.
Jika sudah begitu, biasanya produk itu cepat melejit seiring dengan animo pasar yang tinggi. ”Karena produk-produk tersebut berasal dari Pulau Jawa sehingga dinamakan Red Hot Java,” ucapnya.
Namun, dia mengingatkan kepada para pelaku UMKM untuk terus berinovasi agar produk yang dihasilkan bisa terus berkembang sesuai waktu dan target pasar. Kemampuan produksi juga diminta terus ditingkatkan agar sanggup memenuhi pesanan konsumen.
”Saya pernah memesan 20 unit, tetapi hanya bisa dikirim 5 unit,” kata Millar.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan, pihaknya menunggu kepastian dari Millar terkait dengan pengiriman produk UMKM ke Liverpool.
Pelaku UMKM Surabaya siap memenuhi pesanan dari Liverpool serta meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas sesuai kebutuhan konsumen. ”Produk UMKM Surabaya siap merambah ke Liverpool,” ucapnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berharap semakin banyak produk UMKM dari program Pahlawan Ekonomi yang merambah pasar ekspor. Larisnya produk-produk tersebut ke luar negeri itu menandakan bahwa kualitas produk dari para UMKM sudah setara dengan produk-produk asing.
”Saya selalu mendorong UMKM Surabaya agar bisa berkembang sesuai dengan slogannya, yakni ’Go Global, Go Digital, dan Go Financial’,” kata Tri Rismaharini. (SYA)