Pesanan Gerabah Kasongan dari Luar Negeri Meningkat
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
BANTUL, KOMPAS — Para perajin gerabah di Desa Kasongan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, mengaku tetap menjaga kepercayaan konsumen dengan menjaga kualitas dan kuantitas gerabah. Melalui usaha industri gerabah, 535 perajin yang tergabung dalam Koperasi ”Setya Bawana” sepakat terus berkreasi dan berinovasi.
Sekretaris Koperasi Industri Kerajinan Gerabah Kasongan, Bantul, Yogyakarta, Bogimin, di Kasongan, Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (21/11/2018), mengatakan, sejak lima tahun terakhir, industri gerabah Bantul diprioritaskan untuk diekspor.
”Sampai tahun 2012, hanya Korea, Malaysia, dan Thailand yang memesan gerabah Kasongan, tetapi saat ini Jepang, Belanda, Inggris, Jerman, dan Belanda pun memesan gerabah dari sini. Ini berarti gerabah Kasongan semakin mendunia. Ketertarikan terhadap gerabah Kasongan di luar negeri, antara lain, karena inovasi dan kreasi dari motif, warna, dan bahan gerabah,” tutur Bogimin.
Peran seniman
Kreasi dan inovasi motif, bentuk, dan warna gerabah Kasongan ini tidak luput dari peran para seniman, terutama mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Hasil kreasi dan inovasi motif dan desain yang mereka tampilkan saat ujian diserahkan cuma-cuma kepada perajin untuk diaplikasikan di lapangan melalui kerajinan industri gerabah.
Kasongan tidak hanya memproduksi gerabah, tetapi juga kipas angin, batu alam, dompet, topi, ikat pinggang, gantungan kunci, asbak, patung manusia, bunga dari plastik, dan membatik. Para turis disuguhkan berbagai pilihan industri kerajinan gerabah dan ikutannya. Setiap pengunjung yang datang selalu berbelanja hasil kerajinan dari Kasongan.
Omzet dari Koperasi Setya Bawana senilai Rp 300 juta per bulan. Omzet tersebut bersumber dari pelatihan (yang diberikan) perajin kepada peserta belajar dari luar, toko gerabah milik koperasi, penjualan bahan baku gerabah, wisata edukatif, kayu bakar dan arang, serta showroom. Keuntungan dari koperasi akan dibahas bersama anggota dalam rapat anggota tahunan.
Setya Bawana mendapat bantuan dari Universitas Gadjah Mada berupa satu unit oven untuk pembakaran gerabah berukuran 2 meter x 3 meter persegi. Sejumlah BUMN menawarkan diri menjadi ”bapak asuh” dengan dana bergulir dan bantuan dari kementerian terkait.
Listia Rinaningsih (52), salah satu dari 535 anggota Koperasi Setya Bawana, mengatakan, melalui usaha gerabah, ia berhasil membangun rumah, membeli tanah, dan menyekolahkan tiga anak, satu di antaranya kuliah di Singapura. Keterampilan membuat gerabah diwariskan oleh orangtua Rinaningsih.
”Hampir semua warga di sini tidak meninggalkan tradisi membuat gerabah warisan leluhur. Kami sudah teliti seluruh pembuatan gerabah di seluruh daerah, tetapi gerabah Kasongan jauh lebih unggul dari sisi kualitas, organisasi, kerja sama, dan keterampilan perajin,” kata Rinaningsih.
Hampir semua warga di sini tidak meninggalkan tradisi membuat gerabah warisan leluhur.
Kunci sukses dari Setya Bawana adalah kerja sama dan gotong royong dari semua anggota dan pengurus, selain kejujuran dan kesamaan persepsi tentang masa depan gerabah Kasongan. Setiap anggota koperasi yang meminjam uang dari koperasi selalu melunasi pinjaman tepat waktu.
Ia mengatakan, antusias pengunjung ke Kasongan biasanya terjadi saat menjelang hari raya Idul Fitri dan hari raya Natal serta Tahun Baru. Pada dua hari raya ini, Rinaningsih bisa mendapatkan pemasukan masing-masing Rp 20 juta-Rp 25 juta. Biasanya konsumen membeli gerabah dari Kasongan untuk hiasan rumah, hiasan di acara, hadiah, dan pameran-pemeran.
Hari biasa, jumlah pengunjung terbatas. Hanya 5-20 turis lokal dan mancanegara datang berbelanja. Menjelang hari raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru jumlah pengunjung sampai 500 orang per hari.