Kampanye gemar makan ikan kembali menggema pada peringatan Hari Ikan Nasional pada 21 November, atau bertepatan dengan Hari Perikanan Dunia. Produk perikanan terus didorong untuk menjadi primadona konsumsi masyarakat.
Seiring dengan stok ikan nasional yang diklaim terus bertambah, minat masyarakat mengonsumsi ikan juga ditingkatkan. Dalam peringatan Hari Ikan Nasional, misalnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan salah satu laman perdagangan elektronik menawarkan promosi gratis ongkos kirim untuk pembelian produk-produk perikanan.
Indonesia, dengan kekayaan komoditas ikan air laut, air tawar, dan air payau, menawarkan sumber pangan dan protein yang tinggi bagi 260 juta jiwa penduduknya. Namun, tingkat konsumsi ikan nasional masyarakat masih sangat timpang di sejumlah daerah. Ada kabupaten/kota yang tingkat konsumsi ikannya masih jauh di bawah rata-rata konsumsi ikan nasional, sementara ada yang jauh melampaui rata-rata nasional.
Contohnya di Jawa Tengah, tingkat konsumsi ikan rata-rata 28,81 kilogram (kg) per kapita per tahun pada 2017. Angka ini masih jauh di bawah rata rata nasional yang mencapai 47,7 kg per kapita.
Di tingkat nasional, konsumsi ikan penduduk ditargetkan terus meningkat. Dari tingkat konsumsi 38,14 kg per kapita pada 2014, tingkat konsumsi ditargetkan naik menjadi 54,49 kg per kapita pada 2019. Tahun ini, konsumsi ikan ditargetkan menembus 50 juta kg per kapita.
Sejalan dengan target peningkatan konsumsi ikan, sejauh mana kesiapan sumber dan sarana produksi untuk mencukupi kebutuhan ikan nasional?
Di sektor perikanan budidaya, target produksi digenjot. Tahun depan, produksi ikan hasil budidaya ditargetkan 10,36 juta ton, sedangkan rumput laut 19,54 juta ton.
Potensi perikanan budidaya masih terbuka luas dan menjadi masa depan pemenuhan kebutuhan ikan di tengah pertumbuhan produksi perikanan tangkap yang stagnan. Pada 2016, Indonesia menempati peringkat kedua produsen perikanan budidaya, setelah China, dengan jumlah produksi 16,58 juta ton.
Upaya menggenjot produksi budidaya nyatanya masih terganjal urusan pakan. Dominasi pakan ikan yang bergantung pada bahan baku impor menjadi rawan terkena dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Di sisi lain, pakan ikan mandiri masih belum berdaya saing. Terobosan teknologi pakan dan optimalisasi bahan baku lokal menjadi kunci untuk mendorong produksi perikanan budidaya.
Sementara itu, evaluasi izin perikanan tangkap masih perlu dipercepat. Sejumlah kapal penangkapan ikan dan pengangkutan ikan tidak bisa beroperasi karena menunggu hasil evaluasi. Berdasarkan data KKP, kapal berukuran 30 gross ton (GT) ke atas yang aktif berjumlah 3.864 kapal. Dari jumlah itu, kapal yang mengantungi izin penangkapan ikan (SIPI) sebanyak 3.623 unit dan izin pengangkutan ikan (SIKPI) berjumlah 241 unit. Dalam dua bulan terakhir, izin yang dikeluarkan dari hasil evaluasi berjumlah 1.300 kapal.
Tantangan di sektor produksi mesti segera diantisipasi jika pemerintah serius ingin meningkatkan produksi dan konsumsi ikan nasional. Apalagi, pemerintah memiliki target ambisius pada 2019, yakni menaikkan produksi perikanan menjadi 41,79 juta ton atau tumbuh dua kali lipat dibandingkan dengan 2014 yang sebanyak 20,84 juta ton.
Di sisi lain, perlu keberpihakan rantai pasok dan pemasaran ikan agar harga ikan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Optimalisasi logistik dari sentra produksi ke pengolahan akan mendorong pasokan ikan yang lebih merata. Kampanye gemar makan ikan akan efektif jika ditopang pasokan sumber daya ikan yang berkelanjutan dan distribusi yang memadai. (BM Lukita Grahadyarini)